Ada 17 WNI di Marawi yang Diserang ISIS

25 Mei 2017 10:29 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Polisi Filipina di Marawi (Foto: Reuters/Romeo Ranoco)
zoom-in-whitePerbesar
Polisi Filipina di Marawi (Foto: Reuters/Romeo Ranoco)
Situasi di kota Marawi, Filipina selatan, masih mencekam menyusul baku tembak antara ISIS dan tentara. Diperkirakan ada warga negara Indonesia yang berada di kota tersebut.
ADVERTISEMENT
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal mengatakan ada sedikitnya 17 warga negara Indonesia di Marawi.
"Diketahui bahwa seluruhnya dalam kondisi aman karena mereka tinggal di sekitar markas kepolisian Marawi, jauh dari pusat pertempuran," ujar Iqbal dalam pesan singkat Kamis (25/5).
Polisi Filipina di Marawi (Foto: Reuters/Romeo Ranoco)
zoom-in-whitePerbesar
Polisi Filipina di Marawi (Foto: Reuters/Romeo Ranoco)
Kota Marawi menegangkan setelah baku tembak terjadi pada Selasa lalu antara kelompok Maute yang berafiliasi dengan ISIS dan tentara Filipina. Tiga orang tewas dalam peristiwa itu, semuanya aparat keamanan.
Usai baku tembak itu, Presiden Rodrigo Duterte menetapkan darurat militer di Mindanao, wilayah Filipina selatan. Saat ini, ISIS dilaporkan masih menguasai beberapa ruas jalan di Marawi.
ADVERTISEMENT
Dalam lembaran dokumen yang diperoleh kumparan (kumparan.com) dari warga Indonesia di Davao, sekitar 10 WNI di Marawi adalah anggota perkumpulan Jemaah Tabligh yang tengah berdakwah. Kop surat dalam lembaran itu tertulis Masjid Jami Kebon Jeruk.
Daftar WNI yang berada di Marawi. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Daftar WNI yang berada di Marawi. (Foto: Dok. Istimewa)
Pihak Masjid Jami Kebon Jeruk yang dihubungi kumparan mengatakan akan mengecek data nama-nama WNI tersebut. Pasalnya banyak anggota Jemaah Tabligh yang saat ini sedang dikirim ke luar negeri.
Menurut seorang staf Masjid Kebon Jeruk, Marawi yang terletak di Mindanao memang salah satu daerah tujuan dakwah Jemaah Tabligh.
"Marawi itu adalah tempat pertemuan. Saya pernah ke Marawi dan Mindanao pada 1999," kata Yamin, seorang petinggi Masjid Kebon Jeruk.
ADVERTISEMENT