Adu Capaian Jokowi dan Gibran saat Jadi Wali Kota Solo, Siapa Lebih Unggul?

18 Juli 2024 17:34 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi putranya Gibran Rakabuming (kanan) menyalami warga di depan Istana Negara, Jakarta, Minggu (20/10). Foto: Rachman/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi putranya Gibran Rakabuming (kanan) menyalami warga di depan Istana Negara, Jakarta, Minggu (20/10). Foto: Rachman/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Gibran Rakabuming Raka mengundurkan diri sebagai Wali Kota Solo pada Selasa (16/7/2024). Wapres terpilih 2024-2029 itu menjabat sebagai wali kota Solo sejak 26 Februari 2012 lalu. Gibran telah menjadi orang nomor satu di kota tersebut selama 3 tahun.
ADVERTISEMENT
Perjalanan karier politik Gibran pun memiliki kesamaan dengan ayahnya, Joko Widodo. Keduanya sama-sama pernah menjadi Wali Kota Solo. Bedanya, Jokowi mundur dari jabatannya pada periode kedua untuk melenggang sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Tabel di bawah ini adalah gambaran periode Jokowi dan Gibran saat menjadi wali kota Solo.
kumparan membandingkan kepemimpinan Jokowi dan Gibran ketika menjadi Walkot Solo. Data pada tahun 2005 hingga 2007 merupakan gambara di era kepemimpinan Jokowi. Sementara, data pada tahun 2021 hingga 2023 menggambarkan era kepemimpinan Gibran.
Lantas, bagaimana capaian keduanya saat memimpin wilayah Solo?

Penduduk Miskin

Mengacu pada data BPS Jawa Tengah, persentase jumlah penduduk miskin di Kota Bengawan ini terus menurun sejak 2006. Jumlah penduduk miskin tertinggi dalam rentang tahun 2006-2023, terjadi pada tahun 2008 yaitu sebanyak menyentuh angka 16,13 persen atau setara dengan 83,4 ribu orang. Saat itu, Jokowi masih menjabat sebagai Wali Kota.
ADVERTISEMENT
Pada 2007, persentase penduduk miskin di Surakarta ada di angka 13,64 persen. Artinya, Jokowi menurunkan tingkat kemiskinan hingga 0,3 persen.
Sementara itu, pada 2023 tingkat kemiskinan ada di angka 8,44 persen. Artinya ada penurunan tingkat kemiskinan sebesar 0,96 persen di era Gibran.

Tingkat Pengangguran di Era Jokowi vs Gibran

Tingkat pengangguran terbuka tertinggi di kota Solo terjadi pada era kepemimpinan Jokowi. Tepatnya pada tahun 2009 dengan angka pengangguran mencapai 10,44 persen. Meski begitu, di tahun setelahnya, 2010, tingkat pengangguran terus konsisten menurun hingga akhir kepemimpinan Jokowi di Solo pada 2012.
Jika dilihat dari saat menjabat, tingkat pengangguran pada 2005 ada di angka 9,31 persen. Sementara pada 2007 ada di angka 10,44 persen. Artinya, ada kenaikan sebesar 1,13 persen.
ADVERTISEMENT
Sementara, pada era kepemimpinan Gibran, tingkat pengangguran berkurang hingga 3 persen sejak pertama kali ia menjabat pada 2021. Di tahun selanjutnya, kemiskinan di Solo juga berhasil diturunkan Gibran sebanyak 1,25 persen. Pada 2023 tingkat pengangguran di Solo pun berada di angka 4,58 persen. Dari data 2023 ke 2021, ada penurunan tingkat pengangguran sebesar 3,27 persen.

Bidang Pendidikan

Berdasarkan laporan BPS, warga Surakarta berusia 15 tahun ke atas yang melek huruf (AMH) tertinggi mencapai 98,89 dan ini terjadi pada era kepemimpinan Jokowi di Solo tahun 2008.
Sementara, persentase melek huruf tertinggi yang terjadi pada era kepemimpinan Gibran di Solo angkanya mencapai 98,73 persen di 2021.
Pada masa awal kepemimpinan Jokowi, AMH di Solo selalu meningkat. Peningkatannya mencapai 1,66 persen. Sedangkan di tahun kepemimpinan Gibran, AMH sempat turun 1 persen pada tahun 2022.
ADVERTISEMENT

Angka Partisipasi Pendidikan di Solo

Angka partisipasi murni (APM) pendidikan jenjang sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah dasar (SD) di Kota Solo terbilang tinggi. APM dapat menunjukkan seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai jenjang pendidikannya.
Makin tinggi APM berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah sesuai usia resmi di jenjang pendidikan tertentu. Nilai idealnya 100 persen. APM dibagi menjadi tiga jenjang yaitu SD, SMP, SMA
Pada satu dekade terakhir, APM Kota Solo cenderung berada di angka stabil dan terus meningkat. Sayangnya tidak ada data untuk tahun 2005.
Di era Jokowi pada jenjang SD,SMP, SMA, jumlah APM mengalami penurunan mencapai rata-rata 4 persen pada tahun 2007. Meski begitu, angka partisipasi pendidikan terus mengalami kenaikan di tahun 2008 hingga 2010.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, pada 2011, nilai APM kembali turun drastis di era Jokowim dari 100 persen menjadi 92,75 persen.
Pada masa kepemimpinan Jokowi di Solo, partisipasi pendidikan di SD menjadi yang tertinggi. Dalam 3 tahun awal kepemimpinan, angkanya mencapai 93 persen.
Kemudian, angka partisipasi pendidikan SMP terus mengalami penurunan dalam periode 2006 sampai 2008 dan hanya menebus persentase sebanyak 70 persen saja.
Tak mengalami perbedaan signifikan, angka partisipasi SMA pada awal kepemimpinan Jokowi di Solo hanya menyentuh angka 60 persen.
Pada masa kepemimpinan Gibran di Solo, partisipasi pendidikan di SD juga menjadi yang tertinggi. Namun, angkanya lebih besar dibandingkan dengan kepemimpinan ayahnya. Tingkat partisipan di sekolah dasar tembus di angka 99 persen.
ADVERTISEMENT
Kemudian, angka partisipasi pendidikan SMP cenderung fluktuatif di awal kepemimpinan Gibran. Meski begitu, angka partisipasinya mencapai 80 persen.
Angka partisipasi SMP dengan SMA terlihat cukup jomplang. Pada awal kepemimpinan Gibran, tingkat partisipasi hanya menyentuh angka 66 persen.

Indeks Pembangunan Manusia di Solo

Selama era kepemimpinan Jokowi hingga Gibran, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Solo terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hanya di tahun 2010, IPM mengalami penurunan sebesar 0,04. Sementara, IPM tertinggi terjadi di tahun 2023 dengan angka sebesar 83,54
IPM merupakan pengukuran pembangunan manusia yang diperoleh dari perhitungan komponen-komponen dasar kualitas hidup, seperti kesehatan, pengetahuan, kehidupan yang layak, dan lain sebagainya.
Dalam komponen pengetahuan, misalnya, terdapat indikator yang bisa diukur, seperti Angka Melek Huruf (AMH), rata-rata lama sekolah. Sementara, dalam komponen penghidupan yang layak, indikator perhitungannya mencakup pengeluaran per kapita hingga pendapatan.
ADVERTISEMENT
Di awal kepemimpinan Jokowi di Solo, nilai IPM mengalami peningkatan. Pada 2005, IPM warga Solo berada di angka 75,98. Di tahun 2007, IPM memiliki nilai indeks sebesar 76,58. Ini artinya terdapat kenaikan IPM sebesar 0,6. .
Sementara, pada awal kepemimpinan Gibran, nilai IPM juga mengalami peningkatan. Pada 2021, IPM di tangan Gibran berada di angka 82,62. Di tahun 2023, IPM mencapai 83,54. Ini artinya terdapat kenaikan IPM sebesar 0,92. Ini sedikit lebih besar dibandingkan dengan Jokowi.