Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Sejak namanya ramai diperbincangkan karena tulisannya yang viral, Afi Nihaya Faradisa tak luput dari sorotan publik karena gagasannya. Tulisan berjudul 'Warisan' sempat membuat akun facebook miliknya di-suspend, bahkan tulisan tersebut membuat Afi menerima intimidasi dari beberapa pihak. Perempuan muda dengan nama asli Asa Firda Inayah ini terus melangkah untuk mewujudkan keyakinannya guna mengkampanyekan indahnya perbedaan.
ADVERTISEMENT
Siswi yang baru lulus dari SMA Gambiran Banyuwangi, Jawa Timur, ini terus menelurkan ide-idenya lewat tulisan inspiratifnya di dunia maya. Tak hanya lewat Facebok, Afi juga kerap diminta hadir untuk menjadi pembicara di seminar-seminar kampus, seperti kali ini Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada mengundangnya untuk berbicara di Talkshow Kebangsaan pada Senin (29/5). Mengundang siswi SMA bukan tanpa alasan. "Akhir-akhir ini cukup meresahkan karena cara kita mengelola kebhinekaan itu sedikit mengalami penurunan. Dik Afi hanya mewakili keresahan publik," sebut Dekan FISIPOL, Dr Erwan Agus Putranto.
kumparan (kumparan.com) melalui video streaming menyaksikan Afi berbicara di depan ratusan pengunjung baik dari sivitas akademika UGM dan warga masyarakat. Mereka tampak begitu antusias melihat siswi 18 tahun ini berani berbicara soal kebhinekaan yang sedang menjadi keresahan bersama.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana ia tuliskan di Warisan, Afi ingin menunjukkan bahwa bagaimana keragaman yang ada sering terganjal oleh persepsi masing-masing individu. Identitas yang terwariskan menjadi berbenturan karena keinginan untuk memaksa orang lain. "Keragaman itu akan menjadi rahmat, berkah, dan keuntungan jika kita dewasa menyikapinya. Tapi tidak semua dari kita melihat seperti itu. Justru ada yang melihat sebagai ancaman," ujar Afi.
Dari masalah yang begitu kompleks, Afi memilih mengurainya lewat tulisan. “Cara untuk memperbaikinya menurutku lewat tulisan, berkontribusi langsung. Tulisan bisa diantar langsung ke genggaman orang sehingga mengubah cara berpikir orang terhadap keragaman."
Di usia semuda itu, Afi paham betul konsekuensi yang ditimbulkannya sebagai penulis. Bagi Afi, reaksi yang muncul menjadi bukti bahwa tulisannya sampai pada masyarakat. Serangan terhadap tulisan Warisan tidak membuatnya kendur. “Kalo kamu berani mempublikasikan tulisanmu ya kamu harus siap dengan segala responnya,” tandas Afi.
ADVERTISEMENT
Saat ditanya mengenai efek lanjutan dari tulisannya, yang memunculkan pro dan kontra juga kemungkinan membawa perpecahan baru, Afi menakankan bahwa apa yang ia tuliskan menekankan pada sebuah persatuan. Bagi Afi, hal ini berdasar pada kenyataan bahwa Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda dan beragam. Afi merasa menjadi hal yang sia-sia bila ternyata mengajak banyak orang untuk berpikir dengan pikiran terbuka untuk menerima perbedaan malah membawa perpecahan.
Sebagai penutupnya, Afi mengajak anak muda untuk tidak pernah lelah mengeluarkan segala daya dan upaya untuk mewujudkan perubahan ke arah yang lebih baik. “Jangan ragu untuk menuliskan atau mengutarakan apa yang kamu pikirkan. Semua orang punya hak, jika kamu tidak punya teman dekat maka di luar sana pasti ada yang berpikiran sama sepertimu.”
ADVERTISEMENT
Nama Afi Inayah Faradisa sendiri merupakan nama pena Asa hasil dari proses pengacakan anagram. Afi adalah nama yang tersusun dari huruf awal setiap kata dari namanya, Nihaya adalah acakan dari Inayah dan Faradisa merupakan gabungan dari Asa Firda.