Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
Masalah besar dihadapi Afrika Selatan . Negara tersebut untuk pertama kalinya sejak 2009 masuk ke masa resesi ekonomi.
ADVERTISEMENT
Menurut data Badan Statistik Afrika Selatan, ekonomi negara tersebut saat memasuki kuartal terakhir di 2018 menurun 0,7 persen.
Kondisi tersebut dipicu penurunan yang terjadi di beberapa sektor utama seperti pertanian, transportasi, serta ritel.
Sementara itu, setelah data dirilis ke publik mata uang Afsel, rand, langsung melemah sebesar 2 persen terhadap dolar Amerika Serikat.
Meski masuk masa resesi, sejumlah analis ekonomi Afsel memperkirakan pada kuartal terakhir 2018 pertumbuhan ekonomi di Afsel akan mencapai 0,6 persen.
Seorang ekonom Afsel, Azar Jammine, menyebut, resesi di negaranya ini terjadi tak terduga. Ia menduga penyebab lain resesi tersebut adalah angka pengangguran tinggi, penuntutan kenaikan upah buruh, dan buruknya pertumbuhan perekonomian usaha kecil menengah.
"Untuk melakukan pemulihan ekonomi besar, yang diperlukan adalah kepastian dalam beberapa isu seperti pengembalian tanah tanpa kompensasi serta semakin banyaknya investasi di Afsel," ucap Jammine seperti dikutip dari Reuters, Rabu (5/9).

Melemahnya perekonomian di Afsel juga menjadi kekwatiran tersendiri bagi penduduk negara tersebut, salah satunya Ntsako Ngobeni. Warga Johannesburg itu mencemaskan sulitnya untuk hidup di Afsel di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
"Saya pikir segalanya akan jadi mahal, akan sulit menabung, bukan cuma sulit tapi akan jadi begitu sulit menabung," sebut Ngobeni.
Masuknya Afsel ke masa resesi juga merupakan pukulan telak bagi presiden baru Cyril Ramaphosa. Sebab, agenda utama revisi ekonomi yang difokuskan oleh Ramaphosa akan sulit terwujud.