Ahli Analisis Tewasnya Editor MetroTV Yodi Prabowo, Dibunuh atau Bunuh Diri?

22 Juli 2020 18:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Metro TV berduka cita atas wafatnya Yodi Prabowo, News Video Editor. Foto: Instagram/@metrotv
zoom-in-whitePerbesar
Metro TV berduka cita atas wafatnya Yodi Prabowo, News Video Editor. Foto: Instagram/@metrotv
ADVERTISEMENT
Kasus kematian Yodi Prabowo, editor MetroTV yang jasadnya ditemukan di pinggir jalan Tol JORR, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Jumat (10/7) masih menjadi misteri. Polisi belum mampu mengungkap kasus tersebut.
ADVERTISEMENT
Belakangan, muncul dugaan jika editor MetroTV itu bukan tewas akibat dibunuh. Hal itu berdasarkan sejumlah temuan polisi di lokasi kejadian dan keterangan sejumlah saksi.
Ahli Forensik Reza Indragiri berpandangan, sejauh ini narasi yang disampaikan kepada publik cenderung menyebutkan jika kasus ini merupakan pembunuhan. Namun, ia juga melihat ada kemungkinan lain terkait penyebab tewasnya Yodi.
Reza Indragiri, psikolog forensik. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Reza menuturkan, kemungkinan Yodi Prabowo tewas akibat bunuh diri patut diselidiki lebih lanjut. Sebab, ia menerima fakta-fakta yang mengarah kepada tindak tersebut berdasarkan analisa di lapangan.
"Tapi aku menemukan kutipan yang menurutku punya nilai signifikan dalam pengungkapan kasus ini. Polisi yang simpulkan," jelas Reza.
Adapun kutipan yang dimaksud Reza yakni keterangan dari pacar Yodi, Suci Fitri Rohmah. Sebelum tewas, Suci mengungkapkan Yodi sempat berlaku aneh dan melontarkan kata-kata yang tidak biasa.
ADVERTISEMENT
"Kalau nanti aku enggak ada, kamu sedih enggak?' Awam barangkali menganggap sepele perkataan semacam itu. Tapi dari perspektif psikologi, kalimat tersebut merupakan pertanda suicidal ideation (pemikiran tentang bunuh diri)," ucap Reza.
Reza menjelaskan, pemikiran mengenai itu tidak boleh dianggap enteng. Sebab, WHO telah menyimpulkan sekitar 60 persen transisi dari pemikiran tentang bunuh diri ke rencana bunuh diri lalu berlanjut ke langkah bunuh diri hanya berlangsung dalam kurun 12 bulan sejak pemikiran itu muncul pertama kalinya.
"Cepatnya proses transisi itu mengirim pesan bahwa masyarakat harus lebih serius menyikapi perkataan tentang bunuh diri yang dikemukakan siapa pun. Seperti otoritas penerbangan yang tidak menoleransi ucapan 'bom' siapa pun juga perlu menyemangati orang-orang dengan suicidal ideation untuk selekasnya mencari bantuan medis dan psikis," jelas dia.
ADVERTISEMENT
"Masyarakat yang lebih paham pentingnya keseriusan menyikapi suicidal ideation akan menjadi protective factor bagi tercegahnya aksi bunuh diri," tambahnya.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus memberikan keterangan saat rilis pengungkapan sejumlah kasus di Polda Metro Jaya, Jakarta. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Namun jika melihat dari luka yang ada di sekujur tubuh korban, kemungkinan jika Yodi tewas akibat dibunuh juga masih terbuka lebar. Sejauh ini, polisi sudah memeriksa 34 orang saksi.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus juga belum bisa menyimpulkan penyebab kematian Yodi.
"Hasil dari kedokteran forensik tidak ada pemukulan atau tidak ada benda tumpul yang mengenai korban. Korban murni adanya tusukan dan sayatan di sekitar leher. Ini yang mengakibatkan korban meninggal dunia," kata Yusri.

Minta Polisi Segera Usut Tuntas Penyebab Kematian Yodi Prabowo

Namun, terlepas dari kemungkinan bunuh diri itu, Reza menyampaikan ucapan duka atas kematian Yodi. Ia berharap agar polisi dapat segera mengusut tuntas kasus ini.
ADVERTISEMENT
"Kita tentu berduka atas kejadian dimaksud. Tinggal lagi investigasi polisi: Seberapa jauh suicidal ideation akan dicermati sebagai salah satu arah penyelidikan guna mengungkap kasus meninggalnya sang editor," tutup dia.