Ahli Beri Peringatan: Gempa di Mentawai Meningkat, Masyarakat Waspada

19 Oktober 2020 20:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas gempa di Pagai, Kepulauan Mentawai meningkat, masyarakat perlu waspada. Foto: BMKG
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas gempa di Pagai, Kepulauan Mentawai meningkat, masyarakat perlu waspada. Foto: BMKG
ADVERTISEMENT
Gempa di Kepulauan Mentawai, Sumbar meningkat. Peringatan datang dari ahli gempa yang juga Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr Daryono.
ADVERTISEMENT
Dalam keterangannya, Senin (19/10), siang tadi di wilayah Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai, diguncang “doublet earthquakes”.
Gempa yang terjadi pada siang hari pukul 14.31.30 WIB dan pukul 14.47.22 WIB ini berkekuatan 5,6 dan 5,7.
"Episenter kedua gempa ini terletak di laut pada jarak sekitar 33 km arah Barat Daya Pagai Selatan pada kedalaman hiposenter 13 km dan 17 km," jelas Daryono.
Daryono menjelaskan, kedua gempa ini disebut “doublet: atau “kembar” karena kekuatannya yang hampir sama dan terjadi dalam jarak dan waktu yang relatif berdekatan.
Hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa sejak 15 Oktober 2020 di Pagai Selatan telah terjadi peningkatan aktivitas gempa tektonik. Hingga hari ini tercatat telah terjadi gempa sebanyak 13 kali dalam variasi magnitudo dengan kedalaman dangkal.
ADVERTISEMENT
Adapun rincian rentetan kejadian gempa tersebut yaitu, pada 15 Oktober 2020 terjadi 4 kali gempa, 17 Oktober 2020 terjadi 4 kali gempa, 18 Oktober 2020 terjadi 1 kali gempa, dan 19 Oktober 2020 hari ini terjadi 4 kali gempa.
Aktivitas gempa di Pagai, Kepulauan Mentawai meningkat, masyarakat perlu waspada. Foto: BMKG
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, tampak bahwa semua gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng di Zona Megathrust Mentawai-Pagai," beber dia.
Daryono menerangkan, rentetan aktivitas gempa yang episenternya membentuk klaster di sebelah barat Pagai Selatan ini tentu patut diwaspadai, karena dikhawatirkan rentetan gempa ini merupakan gempa pembuka (foreshocks) sebelum terjadinya gempa utama (mainshock).
"Untuk itu masyarakat diimbau untuk waspada namun tidak perlu khawatir berlebihan, karena gempa kuat memang belum dapat diprediksi dengan akurat kapan terjadinya," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Daryono, dalam hal ini evakuasi mandiri dinilai lebih menjamin keselamatan, dengan cara menjadikan guncangan gempa kuat yang dirasakan di pantai sebagai peringatan dini tsunami.
Dengan evakuasi mandiri kita lebih banyak memiliki waktu emas (golden time) untuk menyelamatkan diri dari tsunami. Untuk itu, bagi masyarakat pesisir, jika merasakan guncangan gempa kuat maka segeralah menjauh dari pantai.
"Perlu diingat kembali bahwa di sebelah barat klaster pusat-pusat gempa saat ini, pernah menjadi pusat gempa besar yang memicu tsunami pada 25 Oktober 2010 pukul 21.42 WIB. Saat itu terjadi gempa dengan kedalaman dangkal 20 km di zona megathrust dengan kekuatan 7,8. Dampak peristiwa tsunami yang terjadi pada saat itu, tercatat sebanyak lebih dari 400 orang meninggal dunia," urai dia.
ADVERTISEMENT