Ahli Biomolekuler: Antibodi Vaksin Corona Turun 6 Bulan, Tak Langsung Hilang

8 Agustus 2021 10:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dr Ines Atmosukarto, ahli biomolekuler dan vaksinolog. Foto: jcsmr.anu.edu.au
zoom-in-whitePerbesar
Dr Ines Atmosukarto, ahli biomolekuler dan vaksinolog. Foto: jcsmr.anu.edu.au
ADVERTISEMENT
Isu tentang antibodi vaksin corona turun usai 6 bulan masih menjadi perbincangan hangat. Namun, masyarakat ternyata masih belum paham sepenuhnya persoalan ini.
ADVERTISEMENT
Adalah Dr Ines Atmosukarto, pemegang gelar doktor molekuler dan biologi seluler dari Universitas Adelaide, Australia, berupaya menjelaskan situasi saat ini. Dimulai dari pemaparan soal, rumitnya makna imunitas itu sendiri.
"Sampai dengan saat ini sebenarnya kita belum tahu, orang awam ngomong imunitas dipikirnya perisai yang memberikan perlindungan. Padahal bukan begitu masalahnya sistem imun kita kompleks banget, ibaratnya kayak TNI. Banyak sekali prajuritnya dan fungsinya beda-beda," kata Ines dalam diskusi dengan LaporCOVID-19, dikutip kumparan, Minggu (8/8).
Ia menambahkan, sebenarnya peneliti saat ini belum tahu pasti apa yang disebut correlate of protection. Jenis reaksi imun mana dari vaksin yang paling penting memberikan perlindungan.
"Tapi kita tahu adanya antibodi itu penting, netralizing antibody, jadi antibodi yang mampu mengikat virusnya dan menghambat virus masuk sel ke tubuh kita, itu salah satu yang paling penting," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Secara backgrond, Ines sangat paham terkait dunia pervaksinan. Ia kini mengepalai Lipotek, sebuah rintisan usaha peneliti tentang obat dan vaksin yang berbasis di Australia. Lipotek juga bekerja sama dengan berbagai pihak di Indonesia termasuk Bio Farma dan Lembaga Eijkman.
Kembali ke soal antibodi yang turun. Ines mengakui memang ada penurunan antibodi seseorang setelah 6 bulan divaksin, tapi ada hal yang penting untuk diingat.
Ilustrasi Vaksin Corona pada Anak. Foto: Shutterstock
"Ini diikuti peneliti, orang yang divaksin tahun lalu ada nggak antibodinya, masih ada tapi memang terlihat ada penurunan. Pertanyaannya, penurunan ini signifikan enggak, berpengaruh enggak terhadap proteksi? Itu belum tahu, ini segala sesuatu tentang COVID bersifat dinamis," urainya.
"Yang penting juga imunitas itu enggak on off, imunitas itu spektrum. Ada yang tinggi, ada yang lebih rendah. Misalnya imunitasnya 6 bulan kemudian langsung hilang, enggak begitu," sambung Ines.
ADVERTISEMENT
Ines juga menekankan proteksi terhadap corona SARS-CoV-2 bukan hanya vaksinasi. Justru proses itu hanya penopang.
"Itu mungkin berkurang, tapi kita harus ingat proteksi terhadap SARS-CoV-2 bukan hanya vaksinasi. Vaksinasi layer paling akhir, selama kita menjaga diri kita dengan prokes, vaksin itu penopang," tutur dia.
"Jadi jangan mentang-mentang vaksin yang lain ditinggalin karena masih ada varian-varian. Vaksin ini perlu dibantu juga dengan pola perilaku kita," tutupnya.