Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ahli Epidemiologi Tegaskan Booster Tekan Angka Kematian COVID-19
23 September 2022 20:15 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Laju vaksinasi dosis ketiga atau vaksin booster cenderung stagnan. Padahal sudah jadi syarat perjalanan.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, data dari Kemenkes secara keseluruhan capaian booster baru mencapai 26,87% dari target 50%. Dan 30,92% dari 100% untuk lansia.
Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Iwan Ariawan mengungkapkan fakta bahwa booster dapat menekan risiko fatal atau case fatality rate akibat COVID-19.
“Kita lihat 98.5% masyarakat ini punya antibodi. Berikutnya, bukan cuma punya antibodi, kadarnya juga jauh meningkat, kadar antibodi penduduk Indonesia juga meningkat, tentunya kadarnya meningkat bukan karena terinfeksi tapi karena vaksinasi,” ungkap Iwan dalam sesi media briefing Biro Komunikasi Kementerian Kesehatan yang diadakan secara virtual pada Jumat (23/9).
Lebih lanjut, Iwan merincikan, hasil dari analisis 1.792.360 kasus COVID-19 di Indonesia 1 Januari - 30 Juni 2022, menunjukkan bahwa booster berperan penting untuk menekan risiko fatal atau case fatality rate. Berikut ini rincinya:
ADVERTISEMENT
Risiko Kematian untuk yang bukan populasi rentan:
- Yang belum menerima vaksin: 2,8%, “jadi dari 100, 3 orang yang meninggal”, paparnya.
- Vaksin 1: 1,5% risiko kematian
- Vaksin 2: 0,6% risiko kematian, dan
- Vaksin booster: 0,1% risiko kematian atau yang paling rendah.
Sementara untuk populasi rentan dan lansia:
- Yang belum menerima vaksin: 9,3% risiko kematian
- Vaksin 1: 5,6% risiko kematian
- Vaksin 2: 4,2% risiko kematian, dan
- Vaksin booster: 0,4% risiko kematian.
“Dari hasil tadi, statistik Covid di Indonesia, pengaruh vaksinasi ini sangat besar. tapi kita masih punya banyak PR, ini kita lihat cakupan vaksinasi, ini data dari Kemenkes, 22 September vaksin booster perlu akselerasi, karena booster bukan hanya bisa naik transportasi umum, naik pesawat atau masuk mal saja” terang Iwan.
ADVERTISEMENT
Iwan menjelaskan, vaksinasi harus terus dikejar serta masyarakat juga perlu mempertahankan protokol kesehatan.
“Vaksinasi harus tetap dilakukan dan dikejar, kemudian prokes harus tetap dilakukan, penggunaan PeduliLindungi, dan surveilans harus tetap dilakukan,” pungkasnya.