Ahli Kembali Ingatkan Bahaya Happy Hypoxia, Imbau Publik Sedia Oksimeter

25 Juni 2021 12:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Infografik Waspada Happy Hypoxia. Foto: Hod Susanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Infografik Waspada Happy Hypoxia. Foto: Hod Susanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagian pasien COVID-19 saat ini merupakan pasien yang tak bergejala hingga bergejala ringan. Pasien dengan kedua derajat gejala ini dianjurkan melakukan isolasi mandiri.
ADVERTISEMENT
Walaupun melakukan isolasi di rumah, tentu pasien juga tetap harus memantau dan memeriksakan kondisi tubuh. Sebab, penyakit COVID-19 ini bisa saja sewaktu-waktu mengalami perburukan gejala.
Hal-hal yang harus dipantau pada pasien yang melakukan isolasi mandiri yaitu seperti apakah terdapat demam, batuk, hingga napas yang pendek. Menurut Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi, dr. Adityo Susilo, ini perlu diwaspadai.
"Jadi memeriksakan diri berkala itu memantau kondisi-kondisi penting, apakah kita demam terus menerus,apakah batuk semakin sering atau jangan-jangan merasa napas saya kok tercekat seperti terhambat," jelas dr. Adityo, Jumat (25/6).
Penjelasan ini disampaikan dalam rangka webinar RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo bersama Komunitas Semua Murid Semua Guru dengan tema ISOMAN vs COVID-19.
ADVERTISEMENT
Ia juga menambahkan, apabila pasien mengalami kondisi lemas sehingga mengganggu aktivitas, maka bisa dicurigai pasien telah mengalami "happy hypoxia". Kondisi ini terjadi ketika saturasi oksigen telah menurun di bawah 95 persen.
Ilustrasi COVID-19. Foto: Dado Ruvic/Reuters
"Apabila ada nyeri dada, badan lemas sampai tidak mampu beraktivitas, saya kira ini adalah hal-hal penting untuk dipantau berkala dan tentu semua pasien yang menjalani isoman, oksimeter ini mau nggak mau jadi suatu kelengkapan, karena kita mengenal happy hypoxia," tambahnya.
Oleh karena itu, ada baiknya setiap pasien yang isolasi mandiri juga harus memiliki alat ukur saturasi oksigen atau oksimeter. Sehingga,pengecekan rutin dapat dilakukan untuk menghindari rendahnya kadar oksigen yang ada dalam tubuh akibat COVID-19.
"Karena bisa saja pasien tidak merasakan keluhan itu tapi saturasinya sudah turun, jadi oksimeter ini betul pelengkap yang harus diupayakan," pungkas dr. Adityo.
ADVERTISEMENT
Apabila pasien sudah mengalami gejala tersebut, maka pasien harus segera mendapatkan pertolongan seperti alat bantu napas di fasilitas kesehatan terdekat.