Ahli Kritik Harga Tes PCR Turun: Kontradiktif, Nanti Banyak Orang Bepergian

15 Agustus 2021 18:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
Bintara Kesehatan KRI Bima Suci mengecek alat PCR di Kapal KRI Bima Suci di Dermaga Armada II, Surabaya, Jawa Timur, Senin (12/7). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Bintara Kesehatan KRI Bima Suci mengecek alat PCR di Kapal KRI Bima Suci di Dermaga Armada II, Surabaya, Jawa Timur, Senin (12/7). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Ahli Biomolekuler, Basti Andriyoko, ikut menanggapi soal permintaan Presiden Jokowi agar biaya tes PCR diturunkan. Jokowi ingin harga tes PCR menjadi Rp 450 ribu-Rp 550 ribu.
ADVERTISEMENT
Basti Andriyoko menilai, jika harga PCR turun, maka pihak yang tidak berkepentingan bisa leluasa melakukan mobilitas di masa pandemi COVID-19 yang belum sepenuhnya terkendali.
“Tes itu kan ada beberapa kelompok target, kalau pasien COVID-19 digratisin. Swasta juga [gratiskan pasien] karena nanti diklaimkan ke pemerintah," kata Basti yang juga merupakan Ketua Pokja Molekuler Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Indonesia (PP PDS PatKLIn) kepada kumparan, Minggu (15/8).
"Lalu ada tracing karena kan itu program pemerintah dan itu biasanya bukan sama swasta. Nah, ada pribadi yang memang larinya ke swasta. Ini simalakama,” tambah dia.
Basti menilai, jika menurunkan harga tes PCR akan menjadi kontra produktif dengan penanganan COVID-19. Sebab akan berdampak terhadap penanganan COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita turunkan harganya tanpa mandang untung rugi dulu ya, ini agak kontradiktif dengan pengendalian pandemi. Kita pengin pandemi cepet selesai, tapi malah nurunin harga yang bikin orang bisa pergi-pergi. Terus agak miris rasanya, ada orang kaya jalan-jalan masa dia bayar PCR cuma Rp 400 ribu, padahal dia mampu. Agak kurang pas,” ucap Basti.
Dua petugas medis melakukan SWAB PCR terhadap dua siswa di SMA Muhammadiyah, Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (24/2/2021). Foto: ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang
Oleh sebab itu, Basti berharap ada penggolongan harga yang lebih rinci bagi penerima tes PCR. Ia berharap, penurunan harga tes PCR tak membuat celah negatif bagi orang dengan urgensi rendah.
“Mau seneng-seneng kita kasih murah. Itu kan agak kontradiktif. Jadi harus dibedakan kepentingan juga. Dalam arti, kepentingan pribadi bebas aja [harganya]. Nanti terserah orang mau pakai yang bagus atau tidak, itu kan pilihan,” ucap Basti.
ADVERTISEMENT
“Kalau sudah jalan-jalan, atau masuk mal untuk kenikmatan diri sendiri. Harapannya, sih, yang dimaksud Pak Jokowi [penurunan harga] bukan buat yang seperti itu. Kalau dinas, kan, pasti ditanggung perusahaannya. Jadi harus dipilah lagi yang harus dikasih murah dan [yang harus dikasih] kayak tiket ada harga atas ada harga bawah,” tutup dia.
Sebelumnya, mahalnya harga tes PCR di Indonesia dibandingkan dengan India dikeluhkan sejumlah pihak. Sebab, Pemerintah India telah menurunkan harga tes PCR menjadi 500 Rupee atau setara Rp 96 ribu.
Jokowi akhirnya meminta Menkes Budi Gunadi Sadikin untuk menurunkan harga tes PCR. Ia meminta harga tes PCR diturunkan ke Rp 450 ribu-Rp 550 ribu.