Ahli Prediksi Pulau Karimunjawa Akan Tenggelam karena Tambak Udang

24 September 2023 18:43 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Akademisi sekaligus pakar akuakultur Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Prof Sri Rejeki. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Akademisi sekaligus pakar akuakultur Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Prof Sri Rejeki. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
ADVERTISEMENT
Akademisi sekaligus pakar akuakultur Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Prof Sri Rejeki menganalisis Pulau Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, berpotensi tenggelam. Hal ini terkait dengan keberadaan tambak udang di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Prof Sri mengatakan, tambak-tambak itu memakai air tanah untuk membesarkan udang-udangnya. Akibatnya akan terjadi land subsidence atau penurunan muka tanah karena pemakaian air tanah yang berlebih dari tambak udang.
"Budidaya udang intensifikasi memang dampaknya luar biasa, untuk budidaya udang, airnya itu diambil dari laut dan tidak tertutup kemungkinan menggunakan air tanah karena harus diencerkan. Tambak juga menggunakan air tawar untuk bebersih. Dampaknya akan terjadi land subsidence tanahnya turun ambles, lalu masuknya air laut ke daratan, intrusi," kata Prof Sri kepada wartawan, Minggu (24/9).
Ia kemudian mencontohkan Desa Timbulsloko di Kabupaten Demak yang telah tenggelam oleh banjir rob. Bila ini tidak segera ditangani bukan tidak mungkin Karimunjawa juga akan tenggelam.
ADVERTISEMENT
"Dulu tambak udang intensifikasi belum ada di Jawa Tengah sekitar Brebes, Demak. Tapi sekarang karena adanya penurunan daya dukung, mangrovenya dibabat habis, abrasi pantai yang dulunya tambak, sekarang jadi laut, yang dulunya sawah jadi tambak," katanya.
"Masyarakat kebanjiran terus karena tanah turun, dan tidak ada proteksi pantai, derita tak kunjung padam, salah satu contohnya disini Timbulsloko. Dan jika ini dibiarkan Karimunjawa juga bisa tenggelam," tegas Sri.
Limbah tambak udang yang merusak Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Foto: Greenpeace Indonesia
Ia juga menjelaskan, pengambilan air tanah yang berlebihan akan membuat sumur warga mengering. Sehingga nantinya akan memunculkan konflik sosial.
"Dampak selanjutnya dari pengambilan air tanah, karena air tanah pasti dalam. Maka kemungkinan sumur-sumur masyarakat bisa kering. Itu dari segi pengambilan air," jelas dia.
Menurutnya, tanpa adanya penelitian, secara kasat mata kerusakan yang ada di Karimunjawa memang akibat limbah dari tambak udang. Sebab, limbah berwarna kuning yang ada merupakan hasil buangan dari kotoran udang.
ADVERTISEMENT
"Buang limbahnya pakai paralon masuk ke laut warnanya kuning, tandanya limbah organiknya banyak sekali. Dilihat dengan mata telanjang saja kita sudah bisa tahu itu limbah organik dari tambak udang, dari feses dan urine udang lalu ada sisa makanan yang mengandung protein tinggi," jelas Sri.
Untuk itu, tidak mengherankan bila laut dan lingkungan hidup di Karimunjawa rusak karena keberadaan tambak ini. Sebab, limbah-limbah itu memberikan efek yang sangat buruk.
Pemandangan Karimunjawa yang menenangkan Foto: Shutter Stock
"Dampaknya apa? Di sana kan daerah terumbu karang, maka akan menutupi permukaan air terumbu karang lambat laun akan mati. Pertumbuhan karang sangat pelan, makan akan merusak ekosistem karang nanti. Sekarang sudah kelihatan dampaknya dari warna air, bau, ombaknya kelihatan hitam pekat seperti comberan. Dan itu tentu saja masyarakat protes," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, lanjut dia, ada solusi pengolahan limbah yang baik secara biologis yakni sistem integrated multitrofic aquaculture. Namun, tidak ada petambak yang memakai motode ini.
"Sebenarnya amat sangat murah sekali. Alasan mereka tidak mau, kemungkinan satu, lahannya semua untuk budidaya, tidak mau menyediakan lahan untuk biofilter atau untuk tandon. Padahal dalam budidaya pantai tandon hukumnya wajib. Tapi banyak yang menyepelekan dan dikira tidak bermanfaat," lanjut Sri.
Untuk itu, ia meminta seluruh pihak dapat ikut menjaga kelangsungan hidup Karimunjawa. Ia berharap dengan adanya Perda RTRW yang melarang tambak udang, Pemkab Jepara segera menutup tambak untuk restorasi mangrove dan pemulihan lingkungan.
"Biasanya para petambak kalau lingkungan hidupnya sudah rusak tidak akan kembali jadi ditinggalkan lalu pindah ke tempat lainnya. Harusnya (tambak) memang tidak diizinkan karena itu daerah konservasi terumbu karang, konservasi padang lamun, daerah wisata pasir Putih dulunya. Banyak ikan hias," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Lantas, kapan analisis pulau cantik ini akan tenggelam?
"Mereka kan memakai air tanah untuk menerunkan salinitas, untuk kapannya memang belum tahu, belum bisa diprediksi. Tapi karena pemakaian air tanah yang berlebih memang ada potensi terjadi land subsidence sepeeti di Demak," tutupnya.
Warga mengikuti upacara bendera di perkampungan mereka yang terendam limpasan air laut ke daratan atau banjir rob di Dusun Timbulsloko, Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Kamis (17/8/2023). Foto: Aji Styawan/Antara Foto