Ahli soal Vaksinasi Corona Setahun Sekali: Kalau Virusnya Udah Nggak Ganas

19 Juli 2021 15:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua ITAGI, Prof. Sri Rezeki Hadinegoro. Foto: Youtube/@Badan POM RI
zoom-in-whitePerbesar
Ketua ITAGI, Prof. Sri Rezeki Hadinegoro. Foto: Youtube/@Badan POM RI
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, Sinovac adalah vaksin corona yang paling banyak dipakai di Indonesia. Hampir seluruh tenaga kesehatan (nakes), pejabat publik, hingga lansia yang menjadi sasaran awal vaksinasi nasional mendapat vaksin asal China tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun, ternyata, hasil kadar imun (imunogenisitas) vaksin Sinovac disebut turun 6 bulan usai seseorang disuntik penuh. Untuk itu nakes kini sudah mulai mendapat suntikan ketiga (booster) menggunakan vaksin Moderna.
Lantas, apakah seseorang yang disuntik vaksin Sinovac perlu divaksin rutin?
Ketua ITAGI (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization) Prof Sri Rezeki Hadinegoro menerangkan terkait hal ini. Ia mengatakan ini bisa saja dilakukan apabila COVID-19 sudah menjadi penyakit endemik.
"Artinya penyakit yang selalu ada dan sudah lebih akrab di masyarakat, seperti influenza,” kata Sri kepada kumparan, Senin (19/7).
“Nah, itu makanya masih kita nilai lagi, karena kan penelitian juga observasi lagi setahun bagaimana. Ini kan [pandemi] masih berlangsung. Ya kayak vaksin influenza kan itu harusnya kita suntik tiap tahun, kalau kita sudah hidup bersama dengan COVID-19 yang pandemi jadi endemik,” imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Musababnya belum dapat bisa dipastikan seperti apa perkembangan dampak COVID-19 di masa depan. Vaksinasi rutin bisa saja dibutuhkan, namun bisa saja sebaliknya. COVID-19 bisa saja tak lagi seganas saat ini hingga kebutuhan vaksinasi rutin tidak begitu tinggi.
“Ya memang penyakit endemik juga harus kita waspadai bisa melonjak tinggi. Nah, sekarang [tapi masih pandemi] ini lagi tinggi kita usahakan turun dulu, baru kita atur kembali apakah suntikan harus tiap tahun,” terang Sri.
“Kalau COVID-nya udah jadi endemik siapa tahu dia udah enggak ganas lagi. Atau ada varian baru, nah itu kita kan belum tahu. Kita masih tunggu, karena kan virus-virus baru kita belum hafal polanya kayak apa sih,” lanjut dia.
Kendati demikian, Sri mengatakan kalau memang nantinya akan ada vaksin ulang atau rutin tak harus memakai merek yang sama. Justru sebaiknya memilih merek vaksin yang efikasinya lebih tinggi dari vaksin sebelumnya.
ADVERTISEMENT
“Kita lihat efikasinya beda, [tapi] yang penting tujuan akhirnya sama. Kalau tujuan akhirnya sama ya pada umumnya bisa dipakai. Tujuan Sinovac, Moderna, itu kan sama mengeluarkan antibodi untuk COVID. Jadi kalau tujuannya sama semua bisa kita pakai. Tapi pada umumnya kita pilih yang efikasinya lebih tinggi, kan gitu,” jelasnya.