Ahli Ungkap Anak Ojol Makan Sate Sianida Dirawat di RS 48 Menit Sebelum Tewas

25 Oktober 2021 14:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sidang lanjutan kasus sate sianida maut di PN Bantul, Senin (25/10).  Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sidang lanjutan kasus sate sianida maut di PN Bantul, Senin (25/10). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Sidang lanjutan kasus sate sianida maut yang menewaskan Naba Faiz (10), anak ojol di Bantul, dengan terdakwa Nani Aprilliani Nurjaman (25) kembali digelar.
ADVERTISEMENT
Berlangsung di ruang sidang 1 Cakra, Pengadilan Negeri (PN) Bantul, terdakwa Nani menjalani sidang secara daring dari Lapas Perempuan Wonosari, Gunungkidul.
Dalam sidang dengan hakim ketua Aminuddin ini, saksi ahli didatangkan oleh jaksa penuntut umum (JPU). Ada tiga saksi ahli yaitu, Hari Waluyo dari Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi Yogyakarta; dr Tyas Pramitasari dan dr Diana dari RS Kota Yogyakarta.
Hari menjelaskan, sampel takjil berisi sate dan snack dalam kasus ini dikirim oleh Dinas Kesehatan Bantul ke laboratorium tempat dia bekerja.
Total ada 6 sampel yang dikirim, yaitu sate lontong bumbu campur, snack pastel, snack semar mendem, snack wajik, bumbu sate, dan sate tanpa bumbu.
Setibanya di laboratorium, keenam sampel itu dilakukan pemeriksaan mikrobiologi. Di sana didapati satu sampel mengandung bakteri Bacillus cereus yaitu di snack pastel. Namun seperti diketahui, snack tersebut belum dimakan oleh korban.
Sidang lanjutan kasus sate sianida maut di PN Bantul, Senin (25/10). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Bacillus cereus adalah sejenis bakteri yang umumnya ada di makanan jika tidak disimpan dengan baik. Dampaknya, seseorang akan mengalami muntah dan diare.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, keenam sampel kemudian dilakukan pemeriksaan kimia dengan penanggung jawab adalah Hari.
"Dari pemeriksaan bakteri di mikrobiologi dipindah ke bagian kimia kesehatan. Di tempat lab kimia kesehatan dari enam sampel dilakukan pemeriksaan fosfor dan sianida. Dari 6 sampel ini untuk semua para motor fosfor negatif. Fosfor itu termasuk itu biasa, ada pada pupuk," kata Hari.
Sementara untuk pemeriksaan sianida ada 2 sampel yang mengandung sianida, yaitu sampel sate lontong bumbu campur dan bumbu sate.
"Sampel sate lontong bumbu campur mengandung sianida positif. Bumbu sate sianidanya positif, sate tanpa bumbu sianidanya negatif," katanya.
Dia menjelaskan bahwa pihaknya hanya memastikan kandungan sianida di sampel saja. Untuk jumlah seberapa banyak kadar sianida membutuhkan pemeriksaan lanjutan. Hanya saja, diyakini kandungan sianida di bumbu sate tinggi mengingat baunya yang menusuk.
ADVERTISEMENT
"Dengan kadar tinggi karena bau menyengat dan sebagainya. Tapi kita pedomannya dari pemeriksaan bukan baunya," katanya.
Hari mengatakan bahwa sianida ini jika dikonsumsi akan menyebabkan keracunan. Sianida akan menyebabkan orang yang mengonsumsinya terhambat dalam penyerapan oksigen.
"Seharusnya dia bisa bernapas dengan lega tetapi hemoglobinnya terikat dengan sianida. Mengakibatkan sesak napas," katanya.
"Kalau dalam dosis tinggi dalam beberapa menit sampai jam bisa menimbulkan kematian," ujarnya.

Kesaksian Dokter Tyas

Sementara itu, dr Tyas yang menangani korban Naba menjelaskan bahwa Naba dibawa orang tuanya ke IGD RS Kota Yogya pada 25 April 2021 pada pukul 17.59 WIB. Orang tua Naba mengatakan bahwa anaknya sebelumnya memakan sate lontong dengan bumbu.
"Datang dibopong orang tua dalam keadaan tidak sadar. Napas tersengal-sengal. Ada busa di sekitar mulutnya," katanya.
ADVERTISEMENT
"Sempat respirasi jantung dan paru. Nadi lehernya saat datang sudah lemah. Kaki dan tangan nadi sudah tidak terasa," ujarnya.
"Penyebab lemahnya napas artinya tidak ada sirkulasi yang baik untuk pernapasannya. Penyebabnya kekurangan oksigen (karena) kegagalan sirkulasi juga bisa," katanya.
Sementara itu, penyebab gagal napas sendiri ada dua, yaitu bisa karena mekanik atau kimia dan karena infeksi berat.
Dari tanda-tanda fisik seperti mulut berbusa, mulut kebiru-biruan dan kuku tangan serta kuku kaki juga kebiru-biruan, merupakan mati lemas kekurangan oksigen adalah karena mekanis atau kimia.
"Satu mekanis, dua kimia. Yang pertama mekanis contohnya sumbatan jalan napas. Kimia adalah menelan atau menghirup zat kimia," kata Tyas.
ADVERTISEMENT
"Hanya sate lontong dari info keluarga (yang dimakan Naba Faiz sebelumnya)," katanya.
=====
Jangan lewatkan informasi seputar Festival UMKM 2021 kumparan dengan mengakses laman festivalumkm.com. Di sini kamu bisa mengakses informasi terkait rangkaian kemeriahan Festival UMKM 2021 kumparan, yang tentunya berguna bagi para calon dan pelaku UMKM.