Ahli Ungkap Tanda Jika Corona Omicron Sudah Masuk Indonesia

2 Desember 2021 10:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota IAVG COVAX dan Guru Besar FKUI, Prof Tjandra Yoga Aditama. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Anggota IAVG COVAX dan Guru Besar FKUI, Prof Tjandra Yoga Aditama. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Guru Besar FKUI Prof Tjandra Yoga Aditama menjelaskan virus corona varian Omicron berdampak pada tes PCR yang selama ini dilakukan untuk mendeteksi kasus COVID-19.
ADVERTISEMENT
Menurut penjelasannya, mutasi pada spike protein varian Omicron di posisi 69-70 menyebabkan fenomena S gene target failure (SGTF) yakni ketika gen S tidak dapat terdeteksi dengan PCR.
Varian Omicron ini masih terbilang baru dan belum dapat diketahui pasti seberapa ganasnya. Namun varian yang pertama dideteksi di Afrika Selatan ini disebut punya kemampuan menular lebih cepat dari varian Delta.
"Tidak terdeteksinya gen S pada pemeriksaan PCR dapat dijadikan indikasi awal untuk kemungkinan yang diperiksa adalah varian Omicron, yang tentu perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) untuk memastikannya," kata Tjandra dalam keterangannya, Kamis (2/12).
Akan tetapi, tak terdeteksinya gen S bukan menjadi masalah utama sebab masih ada gen-gen lain yang bisa dideteksi, sehingga secara umum PCR masih dapat berfungsi.
ADVERTISEMENT
Hal ini justru bisa memudahkan untuk mengetahui mana yang merupakan varian Omicron atau yang lainnya. Namun untuk memastikannya lagi butuh dilakukannya sekuensing atau WGS.
Itulah tanda-tanda varian Omicron sudah masuk Indonesia.
"Kalau di suatu daerah ditemukan peningkatan sampel laboratorium yang menunjukkan S gene target failures (SGTF) maka ini mungkin dapat menjadi suatu indikasi sudah beredarnya varian Omicron," lanjut Tjandra.
Sayangnya, kemampuan sekuensing di Indonesia masih terbilang rendah. Menurut data GISAID per 1 Desember 2021, BARU 9.265 sekuens yang dilaporkan. Padahal Indonesia punya kasus konfirmasi hingga lebih dari 4 juta. Ini membuat porsi sekuens sekitar 0,2% dari total kasus.
"Sementara Singapura sudah memasukkan 10.151 sekuens, Afrika Selatan dengan penduduk tidak sampai 60 juta memasukkan 23.917 sekuens serta India bahkan sudah memasukkan 84.296 sekuens," ujar Tjandra.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, untuk dapat lebih cepat mendeteksi berbagai varian baru termasuk Omicron, pemerintah Indonesia harus bisa meningkatkan kemampuan sekuensing yang masih kalah tertinggal dari negara-negara lain.
"Penduduk kita kira-kira adalah seperempat penduduk India, jadi kalau India sekarang sudah memeriksa lebih 80 ribu sampel maka seyogyanya kita harusnya dapat juga sudah memeriksa sekitar 20 ribu sampel," tutup Mantan Direktur WHO Asia Tenggara ini.