Ahli: Vaksinasi 2 Dosis Seluas-luasnya, Bukan 70% Target Herd Immunity Saja

26 Agustus 2021 13:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dr Ines Atmosukarto, ahli biomolekuler dan vaksinolog. Foto: jcsmr.anu.edu.au
zoom-in-whitePerbesar
Dr Ines Atmosukarto, ahli biomolekuler dan vaksinolog. Foto: jcsmr.anu.edu.au
ADVERTISEMENT
Sudah dua menteri Jokowi menyatakan Indonesia tidak akan mungkin mencapai herd immunity (kekebalan komunal) di tengah pandemi COVID-19. Ada Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menkes Budi Gunadi Sadikin yang menyebut mencapai herd immunity di tengah gempuran varian Delta akan sulit tercapai.
ADVERTISEMENT
Menurut pemegang gelar doktor molekuler dan biologi seluler dari Universitas Adelaide, Dr. Ines Atmosukarto, yang terpenting dilakukan saat ini adalah memberikan vaksin lengkap dua dosis kepada masyarakat Indonesia.
"Saat ini, karena mayoritas penduduk tidak pernah ‘berkenalan’ dengan virus ini, maka yang terpenting adalah untuk mencapai jangkauan vaksinasi 2 dosis seluas-luasnya. Bukan 70 persen target populasi, tapi seluas-luasnya agar sebagian besar masyarakat memiliki imunitas dasar, sehingga penyakit parah dan kematian bisa ditekan," jelas Ines kepada kumparan, Kamis (26/8).
Untuk diketahui, herd immunity akan tercapai apabila 70 persen populasi, atau sekitar 208 juta penduduk Indonesia, telah divaksin.
Ahli Biomolekuler ini pun yakin semakin banyak orang yang divaksinasi, maka jumlah kematian akibat COVID-19 dapat semakin ditekan.
ADVERTISEMENT
Sebab, pada dasarnya, semua jenis vaksin corona yang tersedia saat ini bertujuan untuk memberikan kekebalan tubuh bagi setiap orang yang mendapatkannya.
Namun, dalam situasi yang darurat seperti saat ini, kemampuan vaksin masih harus terus ditingkatkan agar dapat memberikan perlindungan di masa depan.
"Setelahnya, besar kemungkinan akan ada vaksin yang lebih baik yang mungkin bisa digunakan untuk updating, tapi itu di masa depan. Prioritas pertama adalah vaksinasi sebanyak-banyak orang. Semua vaksin memberi imunitas dasar," kata Ines yang merupakan pemimpin di Lipotek, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penelitian obat dan vaksin di Australia.

Vaksin Corona Bukan Satu-satunya Jalan Keluar dari Pandemi

Ines juga mengingatkan vaksin corona bukanlah satu-satunya jalan keluar dari pandemi COVID-19. Pemberian vaksin juga harus diimbangi dengan penanganan yang tepat, serta ketaatan protokol kesehatan yang juga baik.
ADVERTISEMENT
"Yang penting adalah bahwa kita sadar bahwa vaksinasi bukan tujuan satu-satunya. Bahwa vaksinasi tetap harus diiringi dengan penanganan yang lain seperti testing, tracing, dan isolasi, penggunaan masker dan perbaikan ventilasi di gedung publik," tutur Ines.
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin corona AstraZeneca tahap pertama di Sentra Vaksinasi Central Park dan Neo Soho Mall, Jakarta Barat, Sabtu (8/5/2021). Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO
Terakhir, ia kembali menegaskan vaksin bukanlah sebuah jawaban cepat terkait pertanyaan kapan pandemi akan berakhir. Baik vaksin maupun seluruh penanganan yang dilakukan pemerintah dan masyarakat harus benar-benar terukur.
"Bukan solusi cepat, ini harus menjadi respons yang lambat dan terukur," tutup Ines.

Pernyataan Menkes

Seorang warga dengan masker di wajahnya melintas di dekat mural kampanye pencegahan penyebaran COVID-19 di Depok, Jawa Barat, Kamis (13/8/2020). Foto: WAHYU PUTRO A/ANTARA FOTO
Sebelumnya, Menkes Budi Gunadi mengungkapkan hasil masukan dari para epidemiolog, yang menyebut dengan kondisi efikasi vaksin tinggi seperti Pfizer dan Moderna saja tak mampu menghadapi Delta.
"Dan juga dengan kenyataan bahwa varian Delta yang baru ini replication rate-nya jauh lebih tinggi dari varian Wuhan, bisa sampai 5-8 kali. Berdasarkan keilmuan, mereka sudah menyampaikan bahwa herd immunity itu tidak mungkin tercapai," kata Budi dalam rapat dengan Komisi IX DPR, Rabu (25/8).
ADVERTISEMENT
"Jadi kalau kita mau vaksin pun harus lebih dari itu, dengan efikasi yang ada dan varian Delta," pungkasnya.
Hingga Rabu (25/8), baru sekitar 33 juta orang yang menerima vaksin dosis lengkap atau 12 persen dari total populasi Indonesia.