Ahli Virologi UNUD Yakin COVID-19 Varian Omicron Sudah Masuk Bali

21 Desember 2021 11:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustras virus corona di Bali. Foto: Nyoman Hendra Wibowo/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Ilustras virus corona di Bali. Foto: Nyoman Hendra Wibowo/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Sudah tiga kasus COVID-19 varian Omicron terdeteksi di Indonesia. Ketiga kasus tersebut diketahui berasal di Wisma Atlet Kemayoran, yakni satu petugas kebersihan serta dua WNI yang baru pulang dari luar negeri dan sedang karantina.
ADVERTISEMENT
Namun, ahli virologi Universitas Udayana, Prof. I Gusti Ngurah Kade Mahardika, memprediksi virus corona varian omicron sudah masuk ke Bali.
"Saya kira (virus corona varian omicron) sudah tiba di Bali," kata Prof Mahardika dalam webinar refleksi penanganan COVID-19 di Bali dan teropong tahun 2022 secara virtual, Selasa (21/12).
Mahardika menuturkan, ada beberapa hal yang menjadi faktor pendorong virus corona omicron ini sudah masuk Bali. Pertama adalah mobilitas masyarakat yang tinggi.
Berdasarkan data Pemprov Bali, rata-rata harian jumlah wisatawan domestik ke Bali menjelang libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 (Nataru) mencapai 25 ribu orang.
"(Virus) dengan mudahnya menyebar di (sejumlah negara) di dunia itu bukan karena virus yang mudah menyebar. Itu karena travel manusia. Semakin banyak orang berjalan semakin cepat (virus menyebar)," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Kedua, kemampuan testing Indonesia terhadap sekuens kasus positif corona terbilang masih rendah. Indonesia membutuhkan waktu sekitar 2 minggu untuk menguji apakah sampel bermutasi atau terdeteksi positif varian baru corona.
Menurutnya,dari sekitar 2.4 juta sekuens virus corona di Indonesia, baru 0,01 persen atau sekitar 10 ribu sampel yang diuji untuk menentukan sekuens bermutasi atau terdeteksi positif varian baru corona.
"Tentu ini sangat terlambat," ucap Mahardika.
Pecalang atau petugas keamanan adat Bali melakukan pengawasan terkait pencegahan virus corona. Foto: Antara/Fikri Yusuf
Faktor ketiga adalah seseorang dinyatakan positif virus corona setelah menjalani masa inkubasi sekitar 5-7 hari. Sehingga, sebelum hasil sekuens keluar, pasien sempat melakukan perjalanan dan berpotensi telah menyebarkan virus ke orang lain.
"Satu orang positif dia terkonfirmasi 5-7 hari sebelum terinfeksi. Jadi dia sempat menyebar sebelum isolasi mandiri," tutur dia.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan, kasus penyakit menular seperti COVID-19 bagaikan fenomena gunung es, yang hanya sedikit muncul ke permukaan. Sehingga kasus tak tercatat atau terdeteksi bisa lebih banyak.
Menurut Mahardika, masyarakat tidak perlu khawatir dengan munculnya corona varian Omicron. Ia mengatakan, salah satu cara paling efektif mencegah terpapar atau menekan lonjakan kasus corona, baik di Indonesia dan Bali, adalah menerapkan protokol kesehatan, terutama memakai masker.
"Saya kira sudah tiba di Bali, saya belum melihat (varian omicron) membuat kita harus khawatir. Tentu kita pantau, kita siapkan (fasilitas kesehatan)," tutup dia.