Ahli Wabah Jelaskan Secara Rinci Kapan Pandemi COVID-19 Berakhir

7 April 2022 15:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dicky Budiman, epidemiolog dari Griffith University Australia. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Dicky Budiman, epidemiolog dari Griffith University Australia. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Saat ini Pemerintah sedang mengupayakan Indonesia transisi dari pandemi COVID-19 menuju endemi. Salah satu bentuk transisi ini yakni dengan melonggarkan beberapa aturan protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman berpendapat bahwa yang menentukan berakhirnya pandemi adalah WHO dengan beberapa kriteria. Dia mengatakan, memang suatu wilayah bisa menyatakan endemi, namun hal tersebut masih dalam lingkup status pandemi.
“Selain itu juga kita harus menyadari bahwa situasi pandemi ini adalah situasi yang dideklarasikan oleh WHO dengan dasar adanya kriteria-kriteria secara konvensi internasional. Namun kalau kita mau nyatakan ini berakhir endemi atau apa pun ya mau tidak mau ya harus ada rujukan kalau bicara secara legal formalnya," ujar dia kepada wartawan, Kamis (7/4).
"Tapi secara de facto sebetulnya kondisi setiap negara terbagi sporadik endemik dan epidemik. Itu terus dinamis terjadi dan tapi secara umum dibungkus dengan status pandemi,” kata Dicky.
ADVERTISEMENT
Dicky menjelaskan meskipun satu negara menyatakan endemi, hal itu bukan berarti akan menjadi aman dari virus, karena virus tidak akan musnah.
Setidaknya, saat ingin pandemi berakhir perlu memperhatikan angka kematian dan kesiapan fasilitas kesehatan yang memadai. Kemudian juga kasus yang relatif stabil, bukan tanpa ada kasus.
“Namun sedikit meluruskan juga bahwa kita bukan harus menuju pada status endemi untuk keluar dari situasi pandemi, karena endemi tetap berbahaya. Kita lihat pandemi itu bukan tidak ada kasus, tapi ada kasus tapi relatif stabil. Karena bicara kasus endemik juga bicara bahwa dia banyak dampak pada fasilitas kesehatan termasuk dampak pada kematian, jadi tidak kecil itu dampaknya. Itulah sebabnya harus diluruskan bukan menuju endemi,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Ia menjabarkan ada tiga hal yang diperhatikan dalam situasi untuk mengakhiri pandemi yaitu obat atau vaksin penangkal virus, kesehatan masyarakat terjaga aman, dan imunitas masyarakat yang sudah terbentuk.
“Satu pandemi bisa berakhir karena ada obat/vaksin yang efektif, adanya strategi kesehatan masyarakat atau adanya kekebalan yang timbul. Tiga ini yang akan menjadi rujukan kita untuk melihat kapan berakhir. Karena kalau tidak yang memprediksi akan tersesat,” tutur dia.
Dicky memberikan salah satu pengertian mengenai wabah dari bapak Epidemiolog dunia yang mengatakan sekalinya ada sebuah wabah, seterusnya tak akan pernah musnah. Yang jelas, hanya untuk menurunkan atau menstabilkan kasus yang ada.
“Dan di tahun 1600an, salah satu bapak epidemiologi John Graunt, bahwa epidemic atau wabah itu berakhir tidak ketika penyakitnya hilang. Tapi dia menegaskan tentang kematian yang kembali pada rates yang sebelum pandemi,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Kemudian, dia juga memberikan satu pendapat lagi dari ilmuwan dunia bahwa akhir pandemi adalah akhir dari dampak yang dirasakan dari wabah tersebut bukan menghilangkan virus. Dampak yang dirasakan dalam wabah atau pandemi adalah fasilitas kesehatan, obat-obatan pendukung, dan tenaga kesehatan yang wajib terpenuhi setiap saat.
Padahal, saat sebuah wabah menurun atau seperti berakhir, segala kebutuhan kesehatan untuk masyarakat terpenuhi.
“Selain itu para ahli lain juga memberi pendapat atau ilmiah tentang akhir suatu pandemi. Misalnya dari Andrew ini bahwa pandemi itu berakhir itu bukan berarti akhir dari virus itu, lebih pada berakhirnya dampak terhadap sistem kesehatan. Jadi Rumah Sakit sudah bisa mengelola karena ada obat itu dan juga vaksin beban ke faskes jadi menurun,” ucap Dicky.
ADVERTISEMENT
“Ada juga yang memberi definisi dan Sara teman-temannya bahwa secara umum akhir dari pandemi ini bukan dia berakhir bahwa dia sama sekali hilang, karena secara pemahaman mereka yang ini adalah imunologis dan furolog juga itu ini enggak bisa hilang sama sekali si virus ini,” lanjutnya.