Ahli Wabah UI Dorong Nakes Divaksin Ketiga Pakai Moderna atau Pfizer

4 Juli 2021 12:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
Pandu Riono. Foto: Dok. Pandu Riono
zoom-in-whitePerbesar
Pandu Riono. Foto: Dok. Pandu Riono
ADVERTISEMENT
Kasus COVID-19 masih terus meroket pasca Lebaran hingga berimbas pada rumah sakit serta tenaga kesehatan (nakes) yang kewalahan. Keadaan pun diperparah dengan varian baru SARS-CoV-2 yang mulai masuk ke RI, sehingga banyak nakes yang terpapar COVID-19 berat hingga wafat meski sudah divaksinasi dua dosis.
ADVERTISEMENT
Ahli Wabah UI Pandu Riono berpendapat sudah saatnya para tenaga kesehatan mendapat perlindungan lebih. Melalui akun Twitternya, ia meminta Presiden Joko Widodo memberikan vaksinasi dosis ketiga bagi para nakes.
“Pak @jokowi mohon lindungi nakes kita dengan vaksinasi ke-3 dengan vaksin yang berbeda,” tulis Pandu dikutip kumparan, Minggu (4/7).
Nakes adalah sasaran program vaksinasi corona tahap 1 di Indonesia menggunakan vaksin Sinovac. Untuk suntikan dosis ketiga, Pandu menyarankan nakes disuntik vaksin Pfizer atau Moderna.
“[Beri] Pfizer atau Moderna, demi menyelamatkan nyawa nakes yang terdampak lonjakan kasus yang semakin tak terbendung. Beri apresiasi pada semua nakes, yang tak pernah mengeluh demi menyelamatkan setiap nyawa,” kata dia.
Menurut Pandu, banyak orang yang mengkhawatirkan vaksin dengan teknologi lama (Sinovac) tidak ampuh terhadap varian baru seperti B117 dan B1617. Sehingga antibodi di tubuh kita diragukan bisa membantu kalau virusnya berubah.
ADVERTISEMENT
Jadi, suntikan ketiga harus menggunakan vaksin yang efikasinya lebih baik dan terbukti ampuh terhadap varian baru.
"Menurut saya kita harus booster dan efikasi Sinovac kan moderat sekitar 70 persen itu untuk herd immunity sulit sekali tercapai. Kita ingin mengendalikan pandemi secepat cepatnya, ada pengaruhnya tapi enggak garansi kalau ada mutasi baru. Dia kan berdasarkan virus virus yang lama," kata Pandu saat dihubungi, Kamis (10/6).
"Yang sudah teruji di banyak negara itu vaksin MRNA, ada Pfizer dan Moderna. Kalau yang ketiga harus terbaik, harus beda. Jangan sampai tergantung Sinovac. Tidak ada jaminan kalau kenali mutasi virus baru. Antibodi kan harus spesifik terhadap virus. Kalau tidak mengenali mau 1 juta kali lipat enggak ngaruh," imbuhnya.
Vaksin penyakit coronavirus moderna. Foto: REUTERS/Dado Ruvic
Pandu menambahkan, apabila Unpad sebagai tim uji klinis Sinovac saat ini melakukan penelitian suntikan ketiga menjadi tidak efektif. Sebab, data pembandingnya vaksin yang sama.
ADVERTISEMENT
"Kita harus menguji juga kalau penduduk sudah disuntik Sinovac disuntik lagi akan buang buang waktu kalau pakai Sinovac lagi. Jadi penelitian ditambahkan yang sudah 2 kali. Datanya dibandingkan yang dapat Sinovac berapa, vaksin lain berapa," tutur dia.
"Harus vaksin teknologi lain, bisa AstraZeneca (protein rekombinan) atau Pfizer atau Moderna. Logika saya sebaiknya dibandingkan dengan best available in the world (Pfizer dan Moderna)," tutupnya.
Mengutip CDC, efikasi vaksin Pfizer mencapai 95 persen, sedangkan vaksin Moderna yang baru-baru ini mendapat Izin Edar Darurat (EUA) dari BPOM efikasikasinya mencapai 94,1%.
Ilustrasi vaksin corona Pfizer-BioNTech. Foto: Kay Nietfeld/Pool via Reuters
Sementara berdasarkan BPOM, efikasi vaksin Sinopharm 78%, AstraZeneca 62,1%, dan Sinovac 65,3%. Ketiga vaksin ini adalah vaksin COVID-19 yang hingga saat ini dipakai di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Adapun vaksin Pfizer diperkirakan baru akan tiba pada Agustus. Sementara itu, Indonesia telah mendapatkan 4 juta donasi vaksin Moderna dari Amerika Serikat yang diharapkan bisa tiba secepatnya.