Ahmed Zaki: Jakarta Perlu Tata Kelola Kawasan Pesisir

28 November 2023 15:10 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ahmed Zaki Iskandar. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ahmed Zaki Iskandar. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jakarta memiliki tantangan hebat dalam menangani kawasan pesisirnya, salah satu isu besar yang dihadapi adalah abrasi, sehingga menyebabkan hilangnya ekosistem di wilayah itu yang berdampak pada hilangnya sebagian daerah pesisir.
ADVERTISEMENT
Adapun 9 wilayah pesisir di DKI Jakarta yang dapat mengalami dampak tersebut antara lain Kecamatan Cilincing, Kelapa Gading, Koja, Pademangan, Penjaringan dan Tanjung Priok. Jakarta sendiri memiliki total garis pantai 120 km, dengan 46,2 km kondisinya kritis. Artinya air laut sudah di atas daratan, yang dalam hal ini bisa menenggelamkan kawasan di Jakarta Utara.
Apalagi sejak 1974, Jakarta diketahui telah mengalami penurunan hingga 4,5 meter. Penyebab utamanya adalah penyedotan air tanah secara berlebihan yang membuat lapisan tanah mengkerut.
Hal ini menambah sederet permasalahan yang ada di Jakarta. Tentunya ini sangat mengkhawatirkan dan diperlukan gagasan yang luar biasa agar dapat terhindar dari ancaman tenggelamnya Jakarta.
Mengenai persoalan tersebut, Ahmed Zaki Iskandar atau yang lebih sering dipanggil Bang Zaki punya pandangan tersendiri. Bang Zaki yang akan maju menjadi DKI 1 dari Golkar ini memiliki gagasan penyelesaian permasalahan krusial itu, salah satunya adalah dengan penanaman mangrove secara berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Apakah Bang Zaki sekadar bicara? Tidak! Karena Bang Zaki sudah pernah punya catatan sukses mengubah daerah abrasi dengan kualitas air yang menurun di kawasan Pantai Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang.
Bang Zaki mengkomandoi penanaman hutan mangrove pada lahan seluas 26,9 hektare di kawasan itu. Langkah itu nyatanya berhasil. Buktinya Desa Ketapang kembali produktif dengan usaha tambak karena kualitas air yang membaik, bahkan kepiting horseshoe atau belangkas yang termasuk langka muncul di perairan Ketapang.
"Kita akan lakukan penanaman mangrove secara konsisten, tidak setengah-setengah. Ini yang menyebabkan abrasi, karena inkonsistensi penanaman mangrove," tutur Bang Zaki, sapaan akrabnya.
Ahmed Zaki Iskandar (ketiga kiri) sukses mengubah daerah abrasi di kawasan Pantai Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang. Foto: Dok. Istimewa
Pemberdayaan ekonomi juga menjadi kunci, tanpa pemberdayaan ekonomi akan sulit untuk mengentaskan kemiskinan Masyarakat pantai. Bang Zaki lantas mencontohkan hasil karyanya, Ketapang Urban Aquaculture. Lokasi tersebut dijadikan tempat wisata masyarakat sekaligus menciptakan usaha baru bagi warga setempat, seperti rumah makan atau kafe. Dan aktivitas nelayan tetap jalan, karena ikan kembali ke kawasan mangrove.
ADVERTISEMENT
Maka wajar jika Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia (PEMSEA) Network of Local Government (PNLG) atau negara-negara di kawasan Asia Timur yang punya garis pantai mempercayai Zaki Iskandar sebagai Vice President. Bahkan karena kesuksesannya itu dia juga menjadi konsultan bagi negara-negara Asia Timur anggota PEMSEA untuk pembangunan kawasan kota-kota pesisir.
“Tata kelola yang baik di kawasan pesisir bukan hal yang mudah dan memerlukan konsistensi. Juga menyadarkan Masyarakat bahwa laut dan pesisir adalah satu kesatuan yang bisa menghadirkan kehidupan yang lebih baik,” kata Bang Zaki yang menjabat Bupati Tangerang dua periode 2013-2023.
"Pada 1980-1990 itu tambak udang di pesisir pantai tidak lagi produktif, kemudian pada 1990 beralih ke tambak bandeng hingga tahun 2000 karena kondisi air jelek jadi stunting ikan bandeng-nya. Namun sekarang akhirnya upaya kita sejak 2014 berbuah hasil," kata dia.
ADVERTISEMENT
Karena keberhasilan menyandingkan kawasan pesisir dan memberikan banyak manfaat ekonomi bagi warganya, Kawasan Ketapang ini menjadi pusat percontohan oleh PEMSEA. Bukan itu saja, pembangunan terintegrasi Desa Ketapang juga menjadi rujukan bagi dunia internasional yang tergabung dalam Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia (PEMSEA) Network of Local Government (PNLG).
Selain itu, pria yang kini juga menjabat Ketua DPD Golkar DKI Jakarta tersebut memahami bahwa penggunaan air tanah dapat menurunkan permukaan tanah, untuk itu dirinya membangun saluran pipa komunal PDAM di daerah pesisir.
"Tanah terus turun itu karena penggunaan air tanah berlebihan. Makanya di pesisir itu kita lakukan pembangunan pipa komunal untuk mengurangi penggunaan air tanah, kita menyediakan sumber air bersih yang lebih mudah diakses oleh masyarakat," ungkap dia.
ADVERTISEMENT
Adapun di Jakarta sendiri, upaya pencegahan masuknya air laut ke permukiman warga lewat tanggul tidak terlihat hasilnya. Justru tanggul yang mengalami kerusakan karena tidak mampu membendung air laut. Belum lagi soal pembangunan tanggul pantai atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) yang belum selesai.
Padahal proyek ini dibangun pada saat Gubernur Jokowi dengan total panjang 37 km, dengan tanggungjawab Pemprov DKI sepanjang 19,169 km. Namun hingga Juni 2023, tanggul yang terbangun baru 8 km. Hal ini memberikan sinyal tidak adanya keseriusan pemerintah daerah menyelesaikan persoalan pesisir.
Jakarta sekarang ini juga harus memunculkan kekuatan pantai dan laut, ini sangat signifikan untuk membangun sektor ekonomi. Misalnya membangun perekonomian di Kepulauan Seribu. Nantinya akan ada integrasi dengan ekonomi rekreasi di wilayah itu, sehingga manfaatnya merata. “Kita akan memperbaiki akses mobilitasnya dulu. Sebab jika tidak, maka potensi Kepulauan Seribu tidak akan optimal,” ungkap Bang Zaki.
ADVERTISEMENT
(LAN)