Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
AHY: Kami Oposisi, Tapi Menolak Kritik Pemerintah Membabi Buta Karena Tak Sehat
4 September 2022 18:02 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau akrab disapa AHY menegaskan posisi partainya yang saat ini merupakan oposisi setelah Pemilu 2019.
ADVERTISEMENT
Demokrat pada Pemilu 2019 bersama PKS, Gerindra, dan PAN berkoalisi dan mengusung Prabowo-Sandi sebagai capres. Namun setelah Pemilu 2019 selesai, Gerindra merapat ke pemerintahan dan disusul PAN pada 2022. Otomatis saat ini hanya ada dua partai oposisi, yakni PKS dan Demokrat.
AHY mengatakan, Demokrat ingin menjadi oposisi yang baik dalam mengontrol kebijakan pemerintah. Ia menuturkan, Demokrat tidak bisa sembarangan dalam memberikan kritik kepada pemerintah.
"Bahwa Demokrat di luar pemerintahan sebagai oposisi, kami ingin menjadi kekuatan check and balance yang cerdas dan konstruktif, bukan hanya kritis," kata AHY dalam penutupan Sekolah Demokrasi V yang diselenggarakan LP3ES secara hybrid, Minggu (4/9).
"Kami menolak mengkritik secara membabi buta karena itu tidak sehat. Kami harus menjadi contoh untuk menyampaikan narasi, gagasan, dan kritik harus dibarengi dengan argumentasi dan segala fundamental yang bisa dipertanggungjawabkan," jelas AHY.
ADVERTISEMENT
AHY kemudian sedikit menyinggung soal menjelang tahun politik 2024. Menurutnya, masih banyak persoalan yang harus diselesaikan secara bersama.
Mulai dari politik identitas, politik uang, dan post truth politics. Jika tiga masalah itu tidak segera dibenahi, AHY mengatakan hal ini akan berpengaruh pada budaya politik Indonesia yang semakin tidak sehat.
"Padahal kita ingin menghadirkan demokrasi yang sehat, sehingga outputnya para pemimpin dan wakil rakyat berkapasitas dan berintegritas," ucap AHY.
"Maka harus dimulai dari sehatnya budaya politik kita, jangan alasan kita pilih seseorang buat datang ke TPS tapi karena dipengaruhi oleh alasan tidak rasional, emosional, dan alasan yang bisa merusak persatuan bangsa kita," tutur AHY.
"Jadi tentu saya katakan penting membangun literasi politik bukan hanya kesadaran partisipasi, tapi juga budaya karakter politik bermartabat yang mengedepankan ide gagasan bukan hanya alasan yang tidak rasional," pungkas AHY.
ADVERTISEMENT