AHY Soroti Transparansi Data Corona RI: Layaknya Puncak Gunung Es

25 September 2020 23:31 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kasus positif COVID-19 di Indonesia telah mencapai 266.845 pasien sejak corona mewabah awal Maret. Bahkan, penambahan kasus pada Jumat (25/9) mencapai rekor yakni 4.823 pasien dalam 24 jam.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyebut besarnya jumlah korban di seluruh dunia akibat corona, khususnya di Indonesia, merupakan harga mahal yang dibayar untuk menebus sikap abai, angkuh, dan menganggap remeh, serta inkonsisten dalam menghadapi pandemi.
Bahkan, AHY menilai, kemungkinan kasus yang terkonfirmasi tidak menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Ia mengibaratkan data kasus corona yang disampaikan ke masyarakat bisa saja seperti gunung es, yang hanya terlihat di pucuknya. Padahal, jumlah sebenarnya bisa saja lebih tinggi namun tak terungkap.
"Harus kita akui bahwa Indonesia masih memiliki permasalahan tentang validitas dan transparansi data kasus akibat COVID-19," kata AHY dalam pidato tertulisnya di HUT ke-19 Demokrat.
"Ini bisa saja layaknya puncak gunung es, just the tip of the iceberg," lanjutnya.
AHY saat menyampaikan pidato Rekomendasi Partai Demokrat kepada Presiden Indonesia mendatang di XXI Ballroom Djakarta Theater, Jakarta, Jumat, (1/3). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Perumpamaan itu, kata AHY, terlihat dari jumlah tes corona di Indonesia yang masih jauh dari standar WHO yakni 1/1000 dari jumlah penduduk per minggu.
ADVERTISEMENT
Selain itu, tingkat positivity rate atau perbandingan antara tes dengan jumlah kasus positif di Indonesia masih 14 persen, sedangkan standar WHO 5 persen.
"Hal ini tercermin, dari jumlah kasus positif yang ditemukan per jumlah tes di Indonesia yang masih 14%. Angka ini masih jauh di atas standar WHO sebesar 5%. Juga, tingkat kemampuan tes kita masih rendah dan tidak merata," ucapnya.
Untuk itu, AHY meminta pemerintah berbenah dengan kebijakan testing yang lengkap meliputi testing, tracing, treating, isolating, dan containing.
Seorang tenaga kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri lengkap dibantu petugas Linmas melakukan tes usap (swab test) COVID-19 pada anak berkebutuhan khusus (ABK) di kawasan Pasar Keputran, Surabaya, Jawa Timur. Foto: M Risyal Hidayat/Antara Foto
"Kebijakan testing secara masif ini sangat mungkin meningkatkan kasus positif COVID-19 di masyarakat," kata AHY.
"Namun, kita semua tidak perlu panik. Hasil testing yang menyeluruh ini, menjadi jalan menuju kesuksesan, di dalam mengatasi krisis COVID-19, sebagaimana pengalaman negara lain, yang dinilai sukses, dalam memerangi pandemi," tutupnya.
ADVERTISEMENT