Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ikon-ikon suci tersebut dapat dijumpai di Gereja Ortodoks St Thomas dan Epifani Suci, dua tempat ibadah bagi umat Ortodoks di Jakarta. Masing-masing gereja ini memiliki gaya ikon yang khas, sebab keduanya mendapat pengaruh budaya yang berbeda.
Di Gereja St Thomas, ikon-ikon mengadaptasi gaya Rusia. Sementara di Gereja Epifani Suci, ikonnya lebih ke arah budaya Byzantine dan Yunani.
Salah satu yang menarik adalah sebuah ikon suci Sang Theotokos Bunda Maria di Gereja Ortodoks Epifani Suci. Pada ikon itu, Bunda Maria tampak membuat gestur sedang menunjuk Yesus Kristus, sehingga disebut sebagai Ikon Penunjuk Jalan. Yang spesial, ikon ini pernah menangis dengan mengeluarkan mukjizat minyak yang harum baunya.
‘Menangis’-nya ikon Bunda Maria terjadi tiba-tiba saat ikon masih diletakkan di Gereja Ortodoks St Aikatarina Boyolali. Minyak yang dihasilkan kerap digunakan sebagai media pengobatan.
ADVERTISEMENT
Namun, sekarang minyak ini sudah berhenti sejak Gereja St Aikatarina dikonsekrasi (dikuduskan). Tahun 2000-an, ikon suci tersebut dibawa ke Jakarta dan disimpan di Gereja Epifani Suci, Jakarta Timur.
Pantauan kumparan pada Minggu (3/7) siang, sekelompok keluarga tengah mengunjungi gereja itu ditemani Yudhie Kristanto, salah satu umat. Keluarga dari Kevin Budiman itu berhenti di dekat ikon Bunda Maria, lalu meminta doa berkat dari Romo.
Mereka menyebut sang ayah sedang sakit parah, sehingga minta didoakan sekaligus berkunjung melihat ikon Bunda Maria Menangis. Namun, Kevin tak bersedia cerita lebih lanjut. Ia hanya mengatakan dirinya bukan umat Ortodoks, tapi mengetahui ikon itu dari rekannya.
Orang-orang seperti Kevin bukan yang pertama datang ke gereja Ortodoks untuk mengunjungi ikon suci. Romo Prochoros Rinus Manukallo dari Gereja Epifani Suci membenarkan hal ini.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, umat memang biasa datang pada ikon untuk mencari kesembuhan. Namun, dia mewanti-wanti agar tidak mengartikannya sebagai klenik atau berhala.
“Tuhan mengizinkan semua terjadi dan memberi sarana kesembuhan atau pun kebaikan pada materi materi duniawi. Hanya saja bahwa kita harus berhati hati karena kuasa gelap Iblis juga bekerja dan mencari mangsanya. So, mesti eling (ingat),” jelas Romo saat dihubungi via WhatsApp, Senin (11/7/2022).
Selain mencari kesembuhan, banyak orang yang datang berdoa di depan ikon itu untuk mencari keturunan dan hajat lainnya. Mirip seperti orang-orang yang berkunjung ke makam para wali.
Soal kejadian ikon ‘menangis’ mengeluarkan minyak, Romo Prochoros menjelaskan itu bermakna hendaknya manusia tetap waspada atau mawas diri dalam hidup. Sebab, keadaan di masa depan kadang tidak selalu baik.
ADVERTISEMENT
“Pertanda itu memberi kita harapan bahwa Allah akan selalu bersama apa pun keadaanmu, yang oleh bahasa manusia dibagi dua, baik dan buruk. Jadi keutamaan dari pertanda itu adalah kehadiran yang menolong dari pribadi Sang Bunda Allah (Theotokos),” jelasnya.
Ikon memang tak bisa dipisahkan dari Kristen Ortodoks, terlebih jika ikon tersebut dipercaya mendapat mukjizat menangis, mengeluarkan api (seperti di Yerusalem), atau bercahaya. Bagi Romo Prochoros, kejadian-kejadian seperti ini memang tak masuk akal manusia.
“Hanya bisa dipahami dengan iman. Karena bukankah Allah itu adi kodrati, di luar akal kita?,” ujarnya.
Umat Ortodoks juga mempercayai bahwa ikon bukanlah gambar biasa, melainkan tulisan layaknya kaligrafi dalam agama Islam. Dalam Iman Ortodoks, wujud ‘gambar’ dari orang-orang Kudus itu dibuat sebagai manifestasi keberadaan pribadi yang dikisahkan.
ADVERTISEMENT