Akali Pembatasan COVID-19, Warga Beijing Bersantap di Resto dan Bar Rahasia

6 Desember 2022 17:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelanggan menikmati makan siang mereka di dalam restoran, di Shanghai, China, Rabu (29/6/2022). Foto: Aly Song/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pelanggan menikmati makan siang mereka di dalam restoran, di Shanghai, China, Rabu (29/6/2022). Foto: Aly Song/REUTERS
ADVERTISEMENT
Sejumlah penduduk mengakali pembatasan ketat COVID-19 di Beijing seiring pemerintah melonggarkan langkah-langkah pengendalian pandemi secara tentatif sejak awal Desember.
ADVERTISEMENT
Mereka bersantap di restoran yang berada di bawah tanah, serta mengincar bar rahasia yang lokasinya tersebar dari mulut ke mulut.
"[Restoran itu] cukup rahasia, Anda tidak bisa melihat lampu di lantai dua dari luar," kata seorang warga yang mengunjungi restoran hotpot tersembunyi, dikutip dari AFP, Selasa (6/12).
Warga tersebut mengatakan, restoran ini penuh oleh pengunjung.
Dia menemukan restoran hotpot tersebut saat mencari tempat makan dalam ruangan di Beijing melalui platform media sosial yang setara dengan Instagram di China, yakni Xiaohongshu.
"Saya sangat senang makan di luar, tetapi pada saat yang sama saya merasa harus berperang di bawah tanah," ujar warga yang merahasiakan namanya ini.
Sejumlah demonstran memegang kertas putih saat menggelar unjuk rasa pembatasan COVID-19 di Beijing, China. Foto: Thomas Peter/REUTERS
China sedang menyaksikan titik belok dalam kebijakan terkait COVID-19. Negara itu terjebak dalam pembatasan keras yang berhasil menangkal wabah awal, tetapi memicu kebencian publik.
ADVERTISEMENT
Setelah protes terbesar dalam beberapa dekade meletus, banyak kota melonggarkan persyaratan tes corona. Salah satunya adalah Beijing.
Pelonggaran semacam ini membuat beberapa warga mulai berani melanggar aturan. Makan dalam restoran masih dilarang di sebagian besar ibu kota. Namun, berita tentang restoran dan kafe yang menawarkan layanan ini menarik ratusan likes di media sosial.
Seorang ekspatriat yang meminta untuk tidak disebutkan namanya mengaku telah menikmati sup daging kambing dan sate di restoran bawah tanah lainnya baru-baru ini di Beijing.
"Staf awalnya tidak mengizinkan saya masuk dan mengatakan mereka hanya menyediakan makanan dibawa pulang," kata ekspatriat itu.
"Tetapi ketika saya mengatakan bahwa teman-teman sudah ada di lantai atas, mereka mengedipkan mata dan menyuruh saya memindai kode QR saya," lanjut dia.
Pengantar makanan menyerahkan pesanan di jalan yang diblokir di daerah perumahan saat lockdown akibat kasus COVID-19 di distrik Huangpu, Shanghai, China pada Kamis (16/6/2022). Foto: Hector Retamal/AFP
Ekspatriat lainnya bahkan menonton pertandingan Piala Dunia di sebuah kelab malam rahasia. Kelab malam tersebut mengundang para pengunjungnya lewat pemasaran dari mulut ke mulut.
ADVERTISEMENT
Setelah melalui perjalanan bak labirin melalui hotel dan tempat parkir untuk mencapai lokasi, dia menemukan orang-orang tanpa masker yang diam-diam menonton pertandingan.
"Sangat aneh rasanya melompati segala tantangan ini," katanya.
Seorang food blogger juga baru-baru ini mengunggah pengalamannya mengunjungi bar rahasia. Dia merasa muak dengan situasi tersebut.
"Saya benar-benar tidak tahan lagi, saya harap mereka dibuka kembali secepat mungkin," terang penulis blog bermarga Sui.
Warga berbaris untuk tes swab masal di Shanghai, China, Sabtu (11/6/2022). Foto: Aly Song/Reuters
Sebagian warga sekarang bahkan menyembunyikan gejala corona mereka. Mendapati gejala demam dan batuk, dua warga meyakini bahwa mereka tertular corona dalam beberapa hari terakhir.
Tetapi, mereka menolak mengambil tes PCR. Sebab, mereka dapat dikurung lagi dalam lockdown atau dikirim menuju pusat karantina.
Beberapa komunitas akhirnya mulai mengizinkan warga yang positif corona untuk karantina di rumah mereka secara diam-diam sejak pekan lalu. Saran ini sangat berbeda dengan buku pedoman COVID-19 sebelumnya yang diadopsi pemerintah China.
ADVERTISEMENT
"Lebih baik menunggu dan pulih di rumah," ungkap seorang ekspatriat.
"Saya tahu orang positif Covid bisa karantina di rumah sekarang, saya tidak ingin pemerintah tahu apakah saya tertular Covid atau tidak," tutur warga lainnya.