Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Resolusi gencatan senjata di Gaza disahkan Dewan keamanan PBB pada pekan ini. Akan tetapi muncul pertanyaan apakah Israel akan patuh pada resolusi atau tidak?
ADVERTISEMENT
Menurut Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, pelaksanaan resolusi DK PBB ini bisa dipaksakan dengan cara memandatkan pasukan multinasional PBB.
"Resolusi DK PBB ini bisa dipaksakan dengan cara DK memandatkan pasukan multinasional PBB dengan menggunakan kekerasan atau penyerangan terhadap Israel."
"Masalahnya, dalam resolusi DK yang diterbitkan kemarin, tidak ditentukan penggunaan pasukan multinasional DK PBB. Sehingga sulit untuk dipaksakan. Ujung-ujungnya bisa tidak efektif," ungkapnya kepada kumparan, Rabu (27/3).
Lalu, apa sanksi yang akan didapatkan Israel jika tidak melakukan gencatan senjata?
Sampai Rabu (27/3) Israel belum mematuhi resolusi. Yang teranyar Israel malah menyerang RS Nasser di Gaza. Akibatnya 12 orang tewas.
Israel bahkan kecewa dengan sikap Amerika Serikat yang abstain dan tidak konsisten mendukung Israel.
ADVERTISEMENT
Pengajar sekaligus penasihat bidang hubungan internasional dan kebijakan publik, think-tank independen Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja, mengatakan tak ada sanksi fisik yang bisa diberikan DK PBB kepada Israel jika mereka mengabaikan resolusi gencatan senjata.
"Sanksi di resolusi ini sifatnya moral saja, tidak ada sanksi fisik," ungkap Dinna dalam pesannya kepada kumparan, Rabu (27/3).
Hikmahanto menambahkan, jika DK PBB tidak memberikan mandat untuk menurunkan pasukan internasional, maka tidak akan ada konsekuensi apa-apa untuk Israel.
"Paling dikucilkan saja karena melakukan perang yang tidak sah," tuturnya.
Amerika Serikat (AS), sekutu Israel, menyatakan abstain, usai sebelumnya mem-veto keputusan DK PBB soal gencatan senjata di Gaza.
Menyambut baik resolusi DK PBB tersebut, Dinna merasa hal ini lebih baik daripada tidak sama sekali. Namun, menurutnya, Israel tidak akan menepati resolusi tersebut
ADVERTISEMENT
"Keterbatasan resolusi ini adalah karena sifatnya gencatan senjata selama Ramadan saja, supaya bisa ada akses humanitarian. DK PBB menolak ide Rusia agar gencatan senjata bersifat permanen. Artinya sebenarnya kesepakatan ini sementara saja sifatnya, jangka pendek, cuma selama Ramadan."
Dia juga melihat bahwa Presiden Joe Biden mendapat tekanan dari masyarakat dalam negeri di AS. Biden merasa tidak diuntungkan karena publik mulai mengaitkan keberpihakannya dengan "massacre" atau pembunuhan massal terhadap warga sipil d Gaza.
"Jadi menurut saya kalaupun Israel tidak patuh; AS akan berusaha menetralkan suara keras Israel agar di level nasional tidak lagi muncul kekerasan senjata di Gaza," tutupnya.