Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Presiden Suriah, Bashar al-Assad, berada di Moskow setelah kelompok oposisi Suriah menguasai Damaskus, pada Minggu (8/12). Kepergian Bashar menandai usainya dinasti keluarga Assad yang sudah memerintah Suriah selama 50 tahun lamanya.
ADVERTISEMENT
Selama 50 tahun berkuasa di Suriah, dinasti Assad memerintah dengan tangan besi. Laporan PBB dan Amnesty International mengungkap rezim Assad melakukan kekerasan yang brutal terhadap rakyat Suriah.
Dikutip dari AFP, keluarga Assad sendiri mulai berkuasa di Suriah pada dekade 70-an, saat ayah Bashar, Hafez al-Assad yang saat itu jadi menteri pertahanan mengkudeta Salah Jadid, kompatriotnya sesama partai Ba'ath.
Assad yang merupakan penerus ayahnya, mulai berkuasa pada 2000. Total, dinasti Assad menguasai Suriah selama 50-an tahun. Assad dan ayahnya berkuasa dengan tangan besi.
Pemberontak Mulai Kepung Damaskus
Pasukan pemberontak Suriah terus membuat langkah signifikan. Mereka mengeklaim telah menguasai gedung radio dan televisi di pusat Damaskus, dan mengaku telah mengendalikan kota utama Homs beberapa jam sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Usai klaim tersebut, suara tembakan hebat terdengar di pusat kota Damaskus. Namun, menurut kesaksian dua penduduk, sumber penembakan masih belum jelas.
Pemberontak juga mengunggah video yang menunjukkan tentara Suriah melepaskan seragam mereka di jalanan ibu kota.
Dalam satu minggu terakhir, pemerintah Suriah kehilangan empat kota penting: Aleppo, Hama, Homs, dan Daraa.
Kelompok HTS Umumkan Kemenangan Lawan Assad di Masjid Umayyad
Pemimpin oposisi Suriah merayakan kemenangannya di masjid bersejarah di Damaskus, Umayyad, Minggu (8/12). Kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), lewat serangan mendadak selama 11 hari, meruntuhkan kekuasaan Presiden Bashar al-Assad.
Usai menggulingkan Assad yang memaksa ayah tiga anak itu kabur ke Rusia, pemimpin HTS Abu Mohammed al-Julani memilih Masjid Umayyad sebagai tempat pengumuman kemenangan mereka. Masjid Umayyad atau yang dikenal sebagai Masjid Raya Damaskus adalah tempat ibadah terbesar di Suriah.
ADVERTISEMENT
Saat masuk ke dalam masjid, al-Julani disambut para pendukungnya. Mereka dengan lantang meneriakkan takbir.
"Kemenangan ini, saudara-saudaraku, bersejarah bagi kawasan ini," kata pemimpin HTS, Abu Mohammed al-Julani yang saat pidato kemenangannya menggunakan nama asli Ahmed al-Sharaa, seperti dikutip dari AFP.
Dia kemudian menambahkan, kemenangan HTS di Suriah sama dengan kemenangan seluruh negara Muslim.
Rakyat Suriah Sambut Assad Terguling
Sukacita terlihat di rakyat Suriah setelah pemerintahan Presiden Bashar al-Assad yang dekat dengan Rusia serta Iran terguling setelah serangan kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) sejak akhir November. Kini, Assad dan keluarganya kabur ke Rusia.
Pada Minggu (8/12), warga nampak merayakan kemenangan pejuang oposisi di depan kediaman Assad yang mewah dan kosong di Ibu Kota Damaskus.
ADVERTISEMENT
Tak cuma di sana, jalanan Damaskus dipenuhi warga. Mereka meneriakkan yel-yel mengejek Assad dan menyebutnya sebagai tirani.
“Kami mengumumkan Kota Damaskus sudah bebas,” teriak salah satu warga di jalanan Damaskus seperti dikutip dari AFP.
Menemani yel-yel, para warga menembakkan senapan dan senjata ke udara. Suara tembakan bahkan terdengar di hampir semua titik di Damaskus.
“Suriah milik kami dan bukan keluarga Assad,” ucap salah seorang warga yang gembira dinasti Assad runtuh.
Apakah Tergulingnya Assad Buah Kegagalan Rusia Lindungi Suriah?
Assad kini dikabarkan berada di Moskow bersama keluarganya, setelah Rusia memberikan suaka atas dasar “pertimbangan kemanusiaan.”
Menurut sumber Kremlin, Assad memutuskan meninggalkan Suriah dengan menginstruksikan transisi kekuasaan secara damai.
“Presiden Bashar al-Assad dan keluarganya kini berada di Moskow. Rusia tidak pernah mengkhianati teman di situasi sulit,” ungkap Duta Besar Rusia untuk organisasi internasional, Mikhail Ulyanov, dalam unggahan di Telegram, Minggu (8/12).
ADVERTISEMENT
Kaburnya Assad, menurut berbagai media dan opini, menyoroti keterbatasan dukungan dari sekutu utamanya, yaitu Rusia, Iran, dan Hezbollah.
Konflik di Ukraina telah mengalihkan fokus Moskow, sementara Iran mengalami kemunduran akibat serangan udara Israel, dan Hezbollah enggan mengerahkan lebih banyak pasukan.
Di sisi lain, oposisi yang dipimpin kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) melancarkan serangan besar-besaran, merebut Aleppo yang meluas hingga Provinsi Hama dan provinsi strategis lainnya.
Situasi semakin sulit bagi Assad ketika Rusia mulai menarik sebagian aset militernya dari pangkalan strategis Tartus di Mediterania.
Hal ini menandai penurunan dukungan militer Moskow, yang sebelumnya menjadi penentu kemenangan Assad dalam perang saudara.
“Rusia hanya mampu memberikan dukungan udara terbatas, sementara Iran telah menarik personelnya dari Suriah,” ujar seorang analis militer, seperti dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
Bahkan permohonan Assad untuk bantuan dari Irak tidak mendapatkan tanggapan.