Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Banjir di Kampung Air, Jati Padang, Jakarta Selatan, berulang setiap kali hujan deras. Warga menunggu keputusan Pemprov DKI Jakarta untuk merelokasi mereka.
ADVERTISEMENT
Namun, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, menilai untuk menanggulangi banjir di Jati Padang tak cukup dengan merelokasi warga. Sebab, masalah utama banjir di kawasan itu, yakni tingginya arus air yang bersumber dari dua aliran sungai.
“Gini, jadi aliran yang sampai ke Jati Padang itu sampai dari dua sumber. Satu di situ Setu Babakan, kemudian di sebelah baratnya ada Sungai Saluran Tengah,” ujar Anies usai meninjau lokasi banjir di Cililitan, Jakarta Timur, Kamis (4/4).
Untuk itu, Anies berniat membuat sistem pengendalian air. Salah satunya, dengan membangun sodetan antara Setu Babakan dan sungai aliran tengah.
“Nah, di sana akan dibangun sodetan dan tempat-tempat kontrol agar volume air yang mengalir ke Jakarta volumenya lebih terkontrol karena yang dialami oleh Jati Padang akan selalu berulang bila tidak mengendalikan volume air yang masuk ke Jakarta,” ujarnya.
Skemanya, sodetan tersebut akan mengalirkan air dari sungai saluran tengah menuju Setu Babakan. Sehingga air dari sungai saluran tengah sebagian teralihkan ke Setu Babakan.
ADVERTISEMENT
Opsi untuk pelebaran sungai di Jati Padang memang menjadi bagian dari penanggulangan banjir. Tapi yang paling penting membuat sistem pengendalian air.
“Itu yang saya katakan, kalau kita bicara pelebaran sungai, tidak mengendalikan air ya tidak akan masalah. Karena problemnya ada di volume air, air muncul secara besar dari sisi selatan. Jadi itu yang mau kita lakukan dulu,” tandas Anies.
Kampung Air di Jati Padang terus diterjang banjir karena tanggul di lokasi itu jebol. Pemprov DKI Jakarta sudah menebalkan tanggul itu, tapi lagi-lagi jebol karena tingginya volume air.