Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Akibat Israel Blokir Bantuan Masuk, Harga Pangan di Gaza Meroket
4 Maret 2025 10:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran menyelimuti warga Palestina di Gaza akibat ditutupnya akses masuk bantuan oleh Israel. Mereka cemas akan kekurangan makanan serta naiknya harga pangan.
ADVERTISEMENT
Bahkan sejak Israel mengumumkan menghentikan masuknya bantuan pada Minggu (2/3), dampaknya langsung terasa di pasar-pasar di Jalur Gaza.
Dikutip dari AFP, harga untuk kebutuhan pokok melonjak meski ada usaha dari otoritas setempat untuk menjaganya tetap stabil.
"Ada banyak ketakutan. Hari ini ada banyak orang yang membeli bahan makanan dan harganya naik tinggi," kata warga Gaza, Belal al-Helou, di pasar yang ramai, Selasa (4/3).
Menurutnya, selama penyeberangan ke Gaza ditutup, harga akan terus naik bahkan bisa lebih tinggi.
"Hari ini satu kilogram gula harganya 10 shekel atau 12 shekel," ungkapnya. 10 shekel setara sekitar Rp 45.500. Harga satu kilogram gula saat ini di Palestina meningkat 2 kali lipat dari sebelum perang.
"Harga naik dan warga panik tentang persediaan makanan," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Warga lainnya, Adly al-Ghandour, mengatakan harga pangan naik 80% sejauh ini dan jika penyeberangan masih ditutup, harga akan naik 200%.
Kios-kios di pasar masih terisi penuh dari tahap pertama gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari. Di tahap pertama, bantuan medis, tempat tinggal, dan makanan yang penting dapat masuk ke Gaza setelah perang berlangsung selama 15 bulan.
Koordinator Darurat untuk Dokter Lintas Batas di Gaza, Caroline Seguin, mengatakan truk yang seharusnya tiba pada Minggu lalu harus putar balik.
"Kami akhirnya berhasil mendatangkan beberapa truk selama 6 minggu gencatan senjata, tapi itu bukan obat mujarab untuk situasi kemanusiaan," kata Seguin.
Meski pasokan peralatan medis dapat terisi sedikit selama fase pertama gencatan senjata, produk seperti generator dan perlengkapan untuk desalinasi air diblokir karena Israel melabeli barang-barang tersebut sebagai barang guna ganda yang dapat digunakan oleh Hamas untuk membuat senjata.
"Bantuan kemanusiaan seharusnya tidak menjadi bagian negosiasi gencatan senjata ketika populasi Gaza membutuhkan bantuan," ujar Seguin.
ADVERTISEMENT
Seguin juga mencatat kenaikan harga di pasar Gaza, termasuk telur yang harganya naik hingga 150%. Yang terpenting, penangguhan masuknya bantuan merupakan pukulan berat bagi semangat warga Gaza.
"Mereka benar-benar kehilangan semangat. Mereka takut jika harus kembali ke situasi di bulan November-Desember, di mana kamu tidak bisa menemukan roti dan tidak ada daging di kota," tuturnya.
Sementara itu, juru bicara pemerintah Israel David Mencer menuduh Hamas menimbun persediaan dan mengeklaim mereka mempunyai makanan yang cukup untuk memicu epidemi obesitas.
"Persediaan ada di sana tapi Hamas tidak membagikannya," kata Mencer kepada wartawan.
Negosiasi antara Israel dan Hamas untuk melanjutkan gencatan senjata menemui jalan buntu dalam beberapa hari terakhir.
Israel mendesak untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata, sementara Hamas ingin lanjut ke kesepakatan gencatan senjata fase kedua.
ADVERTISEMENT