Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Akpol 88 semakin menunjukkan kiprahnya di Polri. Terlihat dari Mutasi Polri kali ini, sejumlah posisi strategis diisi Akpol 88.
ADVERTISEMENT
Perwira lulusan Akpol 88 sebelumnya memang sudah ada di posisi pucuk pimpinan Polri, yakni Kapolri Jenderal Idham Azis dan Wakapolri Komjen Gatot Eddy.
Dan lewat mutasi kali ini, Akpol 88 menambah lagi posisi dua bintang tiga di jajaran pimpinan Polri.
Dalam mutasi yang diteken Wakapolri Komjen Gatot pada Jumat (1/5), dua perwira Akpol 88, yakni Kabaintelkam yang kini dijabat Irjen Rycko Amelza yang sebelumnya menjadi Kapolda Jateng.
Kemudian ada Kepala BNPT yang diisi Irjen Boy Rafly Amar yang sebelumnya menjadi Wakalemdikpol.
Selain posisi bintang tiga, posisi lainnya di Polri yang juga diisi Akpol 88 yakni ada Irjen Eko Indra Heri dari AsSDM Kapolri yang kini menjadi Kapolda Sumatera Selatan.
ADVERTISEMENT
Posisi yang ditinggalkan Eko diisi Brigjen Pol Sutrisno Yudi Hermawan yang sebelumnya Wakapolda Riau. Sutrisno juga Akpol 88.
Ada juga Irjen Aris Budiman, Akpol 88 yang kini menjadi Kapolda Kepri.
Sementara itu, untuk jajaran Kapolda yang juga angkatan 88, sudah ada lebih dahulu antara lain Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana dan Kapolda Jabar Rudy Sufahriadi.
Soal kiprah Akpol 88 yang kini aktif di segala lini strategis Polri, menurut anggota Komisi III DPR Fraksi PPP, Arsul Sani sebagai hal yang biasa.
Arsul juga menilai mutasi yang dilakukan kali ini bukan berarti sebagai langkah mengukuhkan dominasi Akpol 88.
"Mutasi dan promosi di tubuh Polri ini merupakan konsekuensi logis dari banyaknya perwira tinggi (pati) Polri yang segera memasuki masa pensiun. Mereka adalah para Pati yang kemudian ditempatkan sebagai Analis Kebijakan (Anjak) pada berbagai Satker Mabes Polri," kata Arsul
ADVERTISEMENT
Menurut Arsul, mengapa polisi angkatan 1988 menjadi dominan yang mendapat promosi, karena disebabkan banyak di atas angkatan itu yang akan memasuki masa pensiun.
Sehingga para perwira angkatan 1988 mendapatkan promosi jabatan bukan karena faktor keberpihakan, melainkan prestasi.
"Bahwa perwira-perwira dari angkatan 1988 itu mewarnai (promosi jabatan), menurut saya bukan karena faktor favoritisme terhadap angkatan tertentu, tapi karena banyak dari angkatan ini yang memang memenuhi syarat dari sisi perjalanan karier dan prestasi tugas," ujar Arsul.
Namun, menurut Arsul juga, ada beberapa perwira angkatan 1988 yang tidak mendapat kenaikan pangkat atau jabatan baru. Dan sebaliknya, angkatan sesudah maupun sebelum 1988 juga beberapa mendapat promosi dan mutasi.
"Toh banyak juga angkatan 1988 yang dalam promosi dan mutasi kali ini tidak mendapatkan pangkat atau posisi baru. Demikian pula sebaliknya dari angkatan sebelumnya atau sesudahnya juga mendapat promosi dan mutasi," tutup Wakil Ketua MPR ini.
ADVERTISEMENT
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.