Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Pemerintah Kota Paris menutup akses menuju Katedral Notre Dame untuk mendekontaminasi (membersihkan) wilayah tersebut dari limbah timah pasca-kebakaran hebat pada 15 April lalu. Timah dan partikel lainnya yang mengikat atap Notre Dame meleleh dan membuat udara di sekitarnya tercemar.
ADVERTISEMENT
Dalam foto yang diabadikan Reuters, Rabu (14/8), akses ke gereja berusia 800 tahun itu ditutup dengan menggunakan pagar pembatas. Sejumlah truk juga dikerahkan untuk mengirimkan pipa pembersih di halaman depan Notre Dame.
"Setelah [api] melelehkan setidaknya 300 ton timah di atap-atap menara, Notre-Dame de Paris sekarang menjadi situs yang tercemar. Katedral sekarang dipenuhi limbah beracun," kata kelompok lingkungan Prancis, Robin des Bois, dalam sebuah pernyataan, dilansir CNN, Rabu (14/8).
Pemerintah setempat berharap rekonstruksi Notre Dame akan berjalan pada 19 Agustus mendatang. Saat ini, pembersihan area Notre Dame diperkirakan akan rampung dalam tiga hingga empat minggu. Gel penyerap dan jet air bertekanan tinggi digunakan untuk mensterilisasi gereja dari timbal dan debu.
ADVERTISEMENT
Pemerintah sebetulnya berencana untuk merenovasi Notre Dame sejak 25 Juli lalu. Namun, rencana itu terpaksa ditunda untuk melindungi para pekerja dari polusi timbal.
"Prioritas kami adalah untuk mencegah risiko bagi karyawan yang bekerja di situs tersebut. Dengan protokol keselamatan baru dan pengiriman dua unit dekontaminasi baru, kualitas dekontaminasi timbal pekerja, mesin dan peralatan akan dioptimalkan. Dengan demikian, situs akan terus ditingkatkan dengan aman," kata Prefek Paris, Michel Cabot.
Presiden Prancis Emmanuel Macron sebelumnya berjanji akan membangun kembali Notre Dame dalam waktu lima tahun. Namun, perkataan Macron bertolak belakang dengan prediksi para ahli. Mereka menyebut, pembangunan Notre Dame bisa memakan waktu beberapa dekade.
Meski ada perbedaan pendapat, Macron tetap berjanji akan mengucurkan dana sebesar 700 juta Euro atau sebesar Rp 11,1 triliun. Dana itu termasuk dari sumbangan beberapa pengusaha.
ADVERTISEMENT