Aksi Demo Desak PM Thailand Mundur Berakhir Ricuh, Polisi Tembakkan Gas Air Mata

18 Juli 2021 19:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pengunjuk rasa anti-pemerintah menginjak gambar Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha saat protes di Bangkok, Thailand, Minggu (18/7). Foto: Chalinee Thirasupa/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pengunjuk rasa anti-pemerintah menginjak gambar Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha saat protes di Bangkok, Thailand, Minggu (18/7). Foto: Chalinee Thirasupa/REUTERS
ADVERTISEMENT
Sekitar 1.000 masyarakat Thailand menggelar aksi demonstrasi di depan kantor Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-O-cha, Bangkok, pada Minggu (18/7). Mereka mendesak Prayuth segera mengundurkan diri dari jabatannya.
ADVERTISEMENT
Para demonstran menilai Prayuth telah gagal menangani pandemi COVID-19. Dalam aksinya, beberapa demonstran membawa 'kantong mayat' untuk mewakili penduduk yang meninggal akibat virus corona.
Thailand merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang terdampak parah COVID-19. Tercatat jumlah kasus positif kini mencapai 403.386 orang di mana 3.341 di antaranya meninggal dunia.
"Pemerintah buruk dalam mengelola situasi. Kika kami tidak melakukan apa pun, tidak akan ada perubahan," kata seorang demonstran bernama Kanyaporn Veeratat dikutip dari Reuters.
Pengunjuk rasa bentrok dengan polisi anti huru hara saat protes anti-pemerintah di Bangkok, Thailand, Minggu (18/7). Foto: Chalinee Thirasupa/REUTERS
Aksi demonstrasi yang semula damai berubah menjadi kacau. Beberapa demonstran mencoba membongkar kawat berduri dan barikade yang didirikan polisi untuk memblokir jalan dari monumen demokrasi ke gedung pemerintah tempat Prayuth bekerja.
"Pemerintah kejam!" kata salah satu pemimpin aksi demo Pithijirawattanakul.
ADVERTISEMENT
Kepolisian Thailand kemudian menembakkan gas air mata, meriam air dan peluru karet agar para demonstran membubarkan diri.
Demonstran bentrok dengan polisi saat protes anti-pemerintah, di Bangkok, Thailand, Minggu (18/7). Foto: Soe Zeya Tun/REUTERS
Selain itu, mereka mendesak penduduk Thailand lainnya tidak ikut bergabung dalam aksi demo. Sebab selain berpotensi menambah kasus harian COVID-19, tindakan mereka dianggap melanggar hukum dan mereka yang terlibat akan dituntut.
"Ada peningkatan jumlah kasus baru yang terinfeksi (COVID-19) setiap hari," kata wakil juru bicara polisi Thailand Kissana Phathanacharoen.
"Bergabung dengan kegiatan semacam itu akan meningkatkan kekhawatiran publik, masalah kesehatan masyarakat, dan memperburuk situasi saat ini," tambah dia.
Sebelumnya, aksi demonstrasi terhadap Prayuth tidak hanya terjadi kali ini saja. Pada 2020, ribuan penduduk Thailand menggelar aksi demo menuntut Prayuth Chan-O-cha mengundurkan diri.
ADVERTISEMENT
Kala itu demo di Thailand dipicu pelaksanaan Pemilu 2019 yang dimenangi Prayuth. Pengunjuk rasa menganggap pemilu itu curang. Prayuth membantah dan bersikeras menyatakan pemilu digelar secara adil.
Selain meminta Prayuth turun, demo juga menuntut reformasi kerajaan. Monarki Thailand saat ini sangat dekat dengan pemerintah junta militer.