Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Aksi #IndonesiaGelap di Surabaya Ricuh: Bakar Keranda, Water Cannon Ditembakkan
17 Februari 2025 18:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Aksi demonstrasi #IndonesiaGelap turut digelar oleh Mahasiswa di depan Gedung DPRD Jawa Timur di Jalan Indrapura, Surabaya, Senin (17/2). Massa aksi tiba sejak siang dan demonstrasi masih berlangsung hingga sore.
ADVERTISEMENT
Massa membawa sejumlah poster hingga keranda berbalut kain hitam dengan tulisan #IndonesiaGelap.
Sejumlah personel polisi berjaga di area halaman dan depan gedung DPRD Jawa Timur. Kawat berduri juga dipasang melintang.
Saat berjalannya aksi itu, sejumlah massa mulai meletakkan keranda yang dibawanya di dekat kawat berduri. Kemudian, mereka menyiram keranda itu dengan bensin dan mulai membakarnya.
"Ini bentuk kekecewaan kami, kami sudah berorasi tapi enggak ada yang menemui semua. Apa perlu kita yang masuk saja menghadiri mereka?" kata orator di atas mobil komando.
Lalu, massa mulai menambahkan bensin, ban, hingga spanduk. Api pun semakin membesar. Polisi kemudian mencoba memadamkan api tersebut menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
Hal itu menimbulkan ketegangan antara aparat kepolisian dengan mahasiswa. Meski api dapat dipadamkan.
Massa meminta perwakilan DPRD Jawa Timur menemui mereka atau masuk ke dalam gedung.
ADVERTISEMENT
"Mari kita masuk teman-teman, kita datangi Ketua DPRD yang ada di dalam. Mereka tidak menghiraukan kita yang sudah berpanas-panasan dari tadi," ucapnya.
Sekitar pukul 15.30 WIB, akhirnya Ketua DPRD Jawa Timur, Musyafak Rouf, menemui massa aksi. Ia kemudian diajak naik ke mobil komando.
"Maaf saya barusan dari Jombang karena memantau PMK," kata Musyafak.
Selanjutnya, Musyafak membacakan 10 tuntutan mahasiswa di atas mobil komando. Kemudian, massa meminta Musyafak menghubungi Presiden Prabowo atau Ketua DPR RI, Puan Maharani.
Namun, Musyafak mengaku tidak memiliki nomor telepon keduanya. Ia bernegosiasi agar tuntutan mahasiswa itu di posting di Instagram DPRD Jawa Timur. Akan tetapi, mahasiswa menolak.
Musyafak lalu turun dari mobil komando dan masuk ke dalam gedung DPRD Jawa Timur dengan dikawal oleh ajudannya.
ADVERTISEMENT
Setelah itu orator turun menemui anggota kepolisian untuk berdiskusi. Tak lama, tiba-tiba terjadi aksi saling dorong. Situasi semakin tegang ketika terjadi lemparan botol di sekitar lokasi aksi.
Saat dorong-dorongan itu, mobil water cannon milik Korps Shabara Polrestabes Surabaya yang berada di halaman Gedung DPRD Jawa Timur menembakkan air ke arah massa. Kericuhan dan aksi lempar semakin menjadi. Sekitar 20 menit, akhirnya kericuhan mereda.
Saat ini, sebagian massa ada yang sudah meninggalkan lokasi dan ada yang memilih masih bertahan.
Korlap aksi, Aulia Thaariq Akbar atau Atta, menyebut bahwa sekitar lima orang massa dibawa oleh aparat kepolisian.
"Ada sekitar lima, dan kami melihat sendiri, bahwa teman kami lima orang itu dibawa oleh anggota ke dalam (Gedung DPRD)," kata Atta.
ADVERTISEMENT
Selain itu, juga ada sekitar lima orang massa lainnya yang mengalami kekerasan oleh pihak kepolisian.
"Mereka juga melakukan tindakan-tindakan kekerasan," ucapnya.
Sementara itu, Kabag Ops Polrestabes Surabaya, AKBP Wibowo, membantah pihaknya menangkap lima massa aksi saat unjuk rasa. Sebelumnya dikabarkan ada demonstran yang diamankan.
"Tadi tidak ada yang diamankan, semuanya adik-adik mahasiswa boleh dikonfirmasi. Apa yang disampaikan, isu-isu ada yang diamankan. Saya pastikan tidak ada diamankan,” kata Wibowo.
Wibowo mengatakan, pihaknya tidak menangkap perusuh atau provokator dalam aksi ini. Hanya saja, aksi unjuk rasa ini sempat diwarnai insiden saling dorong.
"Sampai saat ini saya belum menerima laporan itu, tapi tadi ada sedikit dorong-dorongan karena mahasiswa sedikit maju ke depan. Kemudian kita menjaga agar situasi kondusif supaya tidak masuk ke batas yang kita sepakati, hanya dorong-dorongan seperti itu," ungkapnya.
ADVERTISEMENT