Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Mahasiswa kembali menggelar unjuk rasa di sekitar kawasan Istana, Jakarta, Senin (28/10) sore. Massa yang mengatasnamakan diri Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Bergerak (Ampera) menggelar aksi di Patung Kuda hingga Jalan MH Thamrin.
ADVERTISEMENT
Aksi ini bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober. Semangat Sumpah Pemuda ini yang menjadi bara mahasiswa dan elemen masyarakat dalam menggelar aksi kali ini.
Awalnya mereka berkeinginan berdemo di Istana, namun pihak kepolisian menutup akses jalan dengan kawat berduri. Sebanyak 9.000 personel TNI-Polri dikerahkan untuk mengamankan jalannya aksi.
Massa mahasiswa terdiri dari kelompok Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Front Mahasiswa Nasional (FMN). Sementara BEM UI dan perguruan tinggi lainnya menyusul.
Di waktu yang bersamaan, buruh juga menggelar demo di kawasan Jalan MH Thamrin. Buruh dan mahasiswa satu suara, memiliki tuntutan yang sama. Masalah UU KPK dan mendesak adanya Perppu KPK masih menjadi poin penting dalam tuntutan massa.
ADVERTISEMENT
Selain itu, massa juga meminta penghapusan pasal bermasalah di RKUHP, menolak RUU Pertanahan, hingga meminta pemerintah serius dalam mengatasi karhutla di Sumatera dan Kalimantan.
Massa kemudian memberi nama aksi ini Gerakan Indonesia Memanggil. Ketua BEM UI, Manik Margamahendra, mengatakan, gerakan ini murni atas kekuatan rakyat.
“Hidup buruh, hidup mahasiswa, hidup rakyat. Jika Elite Bisa Bersatu, rakyat Indonesia juga bisa bersatu,” ujar Manik dari atas mobil komando.
Manik kemudian menagih janji Presiden Jokowi dalam upaya menguatkan KPK dan pemberantasan korupsi. Manik mendesak agar Jokowi segera mengeluarkan Perppu KPK.
"Masalah korupsi menjadi momok di negeri ini, KPK justru dilemahkan. Kemudian menuntut Bapak Presiden sesuai janji menguatkan KPK, namun justru menyetujui revisi UU KPK, hingga detik ini Perppu KPK tidak juga dikeluarkan,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Para mahasiswa ini juga membawa poster berlambang partai politik yang sudah mereka coret. Hal ini sebagai bentuk ketidakpercayaan mahasiswa kepada partai politik.
Lantaran aksi ini digelar bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, para mahasiswa ini kemudian membacakan isi Sumpah Pemuda. Namun, sumpah yang mereka bacakan sama sekali berbeda dengan isi Sumpah Pemuda.
Kami Putra dan Putri Indonesia bersumpah:
Bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan
Berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan.
Berbahasa satu, bahasa kebenaran.
Aksi juga diikuti sejumlah mahasiswa asal Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari. Mereka jauh-jauh datang dari Kendari demi menuntut pemerintah dan kepolisian menuntaskan kasus tewasnya dua mahasiswa UHO, Randy dan Yusuf Kardawi, pada aksi unjuk rasa akhir September lalu.
ADVERTISEMENT
Dalam aksinya, mereka tak hanya sekadar menyampaikan tuntutan dan berorasi. Sebagian dari mereka juga mengecat badannya dengan cat berwarna merah, ditambah tulisan 'Randy' dan 'Yusuf' di bagian dada.
Perwakilan mahasiswa UHO itu telah seminggu berada di Jakarta. Mereka telah bertemu sejumlah pihak untuk membahas penuntasan kasus tewasnya Randi dan Yusuf. Mulai dari perwakilan Ombudsman, Komnas HAM, hingga Kabareskrim Komjen Pol Idham Azis.
Randy dan Yusuf, tewas usai berunjuk rasa di depan DPRD Sultra pada 26 September 2019. Randy tewas tertembak di bagian ketiak kiri yang lalu tembus ke dada kanan. Sementara Yusuf tewas akibat luka retak di bagian kepala akibat hantaman benda tumpul.
ADVERTISEMENT