Aktivis UI: Keadaan Negeri Memprihatinkan, Rakyat Diintimidasi

2 Februari 2024 15:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
Dewan Guru Besar UI melakukan Deklarasi Kebangsaan di Gedung Rektorat UI, Jumat (2/2/2024). Foto: Thomas Bosco/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dewan Guru Besar UI melakukan Deklarasi Kebangsaan di Gedung Rektorat UI, Jumat (2/2/2024). Foto: Thomas Bosco/kumparan
ADVERTISEMENT
Alumni UI sekaligus aktivis yang terlibat dalam peristiwa Malari pada 1974, Judilherry Justam, menyampaikan orasi usai pembacaan Deklarasi Kebangsaan dari Dewan Guru Besar UI perihal demokrasi Indonesia yang terkoyak saat ini.
ADVERTISEMENT
Judil yang datang mengenakan kemeja biru bertopi newsboy cap berwarna abu-abu menyampaikan kekecewaan atas berubahnya kepemimpinan Presiden Jokowi.
"Keadaan negeri kita memang memprihatinkan. Pada dasarnya saya pada 2014 mendukung Pak Jokowi. Tapi akhir kepemimpinan beliau di periode pertama, ketika beliau menyetujui revisi undang-undang KPK, tergerus kepercayaan saya," ujar Judil di luar Gedung Rektorat UI, Depok, Jumat (2/2).
Dia menilai Jokowi berubah dan telah menciptakan kondisi yang menyedihkan bagi Indonesia. Dirinya bahkan menyinggung bahwa masa Orde Baru lebih bebas untuk berbicara dibandingkan saat ini.
Dia mengaku miris melihat rakyat yang memiliki pilihan berbeda dalam Pemilu saat ini malah mendapatkan intimidasi.
"Saya merasakan masa orde baru, saya juga dipenjara masa orde baru. Saya pikir rasanya pada saat itu masih bisa lebih berbicara, walaupun kita harus dipenjara. Tapi pada saat ini kita bisa melihat pendapat rakyat juga ditekan, rakyat yang berbeda pendapat untuk mendukung calon presiden yang lain diintimidasi," jelasnya.
Dewan Guru Besar UI melakukan Deklarasi Kebangsaan di Gedung Rektorat UI, Jumat (2/2/2024). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Dia mengajak seluruh sivitas akademika UI untuk tidak diam, melainkan bersuara untuk menentang ketidakbenaran yang terjadi.
ADVERTISEMENT
"Saya kira pada saatnya lah kita semua kalau kami adalah alumni UI dan seluruh akademika UI bersuara. Bersuara untuk menentang ketidakbenaran ini," tutupnya.
Peristiwa Malari sendiri adalah sebuah aksi demonstrasi mahasiswa yang pecah menjadi kerusuhan pada 15-16 Januari 1974 di Jakarta. Mahasiswa melakukan demonstrasi memprotes korupsi, harga-harga yang tinggi, dan ketidaksetaraan investasi asing menyusul datangnya Perdana Menteri Jepang saat itu, Kakuei Tanaka.
Dalam peristiwa yang terjadi di era Presiden Soeharto ini menyebabkan 11 orang tewas, 137 luka-luka, dan 750 orang ditangkap yang salah satunya adalah Judilherry Justam yang saat itu menjabat sebagai Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia.