Alasan Abah Cijeungjing Cari Istri Kedua Lebih Tua Daripada Istri Pertama

18 Februari 2020 18:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Nama Abah Cijeungjing seketika mencuat dalam dua pekan belakangan ini. Ulama asal Ciamis itu menjadi perhatian menyusul video menikahnya diantar istri pertama menjadi viral di media sosial.
ADVERTISEMENT
Abah Cijeungjing yang memiliki nama asli Hafi Muhammad Kafi Firdaus menikah dengan istri keduanya, Rita Adriani Mustofa, atas persetujuan istri pertamanya yakni Nengmas Putri Yani. Kisah pernikahan mereka menjadi perhatian netizen karena keikhlasan Nengmas mencarikan istri kedua untuk suaminya.
Abah Cijeungjing mengaku kaget dengan viralnya video pernikahannya dengan Rita. Ia juga merasa sempat khawatir ramainya pemberitaan tentang pernikahan tersebut bisa berdampak kepada citranya sebagai pimpinan Pondok Pesantren Cijeungjing di Ciamis, Jawa Barat.
Abah Cijeungjing dan istrinya Teh Rita. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
“Karena saya memegang pesantren, saya wajib menjaga nama baik pesantren dan majelis. Karena komentar netizen dari hari pertama sampai hari kedua itu 80% jelek semua, ke sini mungkin agak bagus ya. Ada kekhawatiran dari saya, mungkin akan mempengaruhi,” ujar Abah Cijeungjing ketika berbincang dengan kumparan.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, poligami yang dilakukan Abah Cijeungjing sejatinya merupakan anomali. Ketika banyak pria mencari istri kedua dengan usia lebih muda, Abah Cijeungjing (29 tahun) justru menikahi Rita yang berusia jauh di atasnya (35 tahun).
Pilihan kepada Rita pun bukan tanpa alasan. Usianya yang lebih tua dinilai Abah Cijeungjing cocok untuk mengawasi pesantren dan usahanya.
Abah Cijeungjing saat ceramah. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
“Karena memang itu yang dicari. Jadi begini, kalau saya cari belasan tahun, itu murni nafsu yang berkata. Karena, usia semakin bertambah, semakin menambah kematangan, apalagi ditempa dengan kejadian yang pedih. Selain itu, dilihat juga pengalaman bisnis dan kerjanya. Itu yang saya lihat dari Teh Rita,” ucap Abah Cijeungjing.
“Terutama pengalaman kepedihan ya, karena seseorang akan tercetak menjadi kristal kalau diberikan kepedihan dalam kehidupan. Kalau tidak diberikan kepedihan, sepintar apa pun dia enggak bakal jadi kristal,” tandasnya.
ADVERTISEMENT