Alasan Lagu "Genjer-genjer" Diputar dalam Film G30S/PKI

23 September 2017 13:01 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jajang C Noer (Foto: Aprilandika Pratama / kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jajang C Noer (Foto: Aprilandika Pratama / kumparan)
ADVERTISEMENT
Isu liar berbau provokasi soal aktivitas bernyanyi lagu 'Genjer-genjer' yang kerap dikaitkan dengan PKI, sempat jadi salah satu pemicu kericuhan massa di Gedung Lembaga Bantuan Hukum (LBH) pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Lagu "Genjer-genjer" memang diputar dalam film G30S/PKI karya sutradara Arifin C Noer. Namun menurut istri almarhum Arifin C Noer, Jajang C Noer, suaminya memilih lagu itu semata-mata karena popularitas lagu itu di masanya.
Jajang menegaskan, dirinya sama sekali tidak tahu menahu soal informasi yang menyebut lagu itu adalah lagu favorit orang-orang PKI. Ia yakin, keputusan suaminya menggunakan lagu itu dalam film tak bertujuan untuk memancing kontroversi tertentu.
"Nah itu yang kita enggak tahu kan, tapi lagu itu memang lagi populer saat itu jadi kita masukan dalam film," ujar Jajang ditemui usai diskusi Populi Center bertajuk "Tentang Film Itu" di Gado-Gado Boplo, Jakarta Pusat, Sabtu (23/9).
"Itu kan lagunya Bing Slamet, pada tahun 1960-an lagu itu memang top banget. Saya enggak tahu mereka PKI sering dengerin itu atau tidak," imbuh Jajang yang hingga kini masih aktif sebagai seniman.
ADVERTISEMENT
Menurut Jajang, pemilihan penggunaan lagu "Genjer-genjer" dalam film karya suaminya itu hanya untuk melengkapi data yang diterima oleh tim riset film. Lagu diputar saat adegan para anggota PKI berpesta pora dan menari-nari bersama.
"Dalam data riset dikatakan para Gerwani menari-nari berpesta-pora, kami enggak gambarin pesta-poranya. Kami gambarin dia joget menurut irama saja dan karena lagu itu top pada masanya ya kita pilih," jelas Jajang.
Lagu "Genjer-genjer" besutan seniman asli Banyuwangi, Muhammad Arief, begitu terkenal di tahun 1960-an. Penulis dan periset sejarah Fandy Hutari berpendapat, lagu "Genjer-genjer" diadaptasi dari lagu rakyat berjudul Tong Alak Getak. Saking populernya lagu "Genjer-genjer" di era itu, penyanyi Bing Slamet dan Lilis Suryani yang membawakan lagu itu pun ikut tenar.
ADVERTISEMENT
Liriknya dirasa mewakili nasib dan derita rakyat Indonesia kala itu. Lirik lagu Genjer-genjer bila diterjemahkan, sebetulnya hendak bercerita tentang para ibu yang memanen sayur genjer di petak sawah, dibawa ke pasar untuk dijual, lalu sisanya dimasak. Sama sekali tak menyinggung komunisme.
Tapi sejak 1965 hingga kini, lagu "Genjer-genjer" bikin geger, dikaitkan dengan segala hal soal PKI dan komunisme, musuh abadi negeri ini. Tanaman yang rasanya seperti kangkung bila dimasak ini, jadi objek propaganda Orde Baru, dan kerap disebut menjadi musik latar saat para jenderal dibantai.