Alasan Nadiem Sederhanakan Kurikulum Pembelajaran Jarak Jauh: Banyak PR Menumpuk

11 Agustus 2020 16:59 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim memberikan sambutan pada pelantikan rektor UI di kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, tahun 2019. Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim memberikan sambutan pada pelantikan rektor UI di kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, tahun 2019. Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mendikbud Nadiem Makarim menyederhanakan kurikulum Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menjadi kurikulum darurat untuk PAUD, SD, SMP dan SMA. Salah satu alasan yang mendasari penyederhanaan kurikulum ini adalah banyaknya pekerjaan rumah yang menjadi beban siswa dan berdampak pada guru.
ADVERTISEMENT
"Jumlah PR yang di-assign lewat WA dan google classroom menumpuk dan jadi besar karena guru-guru merasa tidak punya opsi, guru-guru merasa harus kejar tayang Kompetensi Dasar (KD) berdasarkan kurikulum, 'saya tidak diberikan waktu fleksibilitas lebih mendalam di aspek esensial dan fundasional'," kata Nadiem dalam bincang-bincang live To the Point bersama kumparan, Selasa (11/8).
Mendikbud Nadiem Makarim saat melakukan rapat kerja dengan Komisi X DPR RI. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Untuk mengganti PR yang seabrek, Nadiem dan jajarannya sudah menyiapkan modul. Untuk anak SD, jenjang yang paling terdampak, Nadiem berharap modul ini bisa menjaga kualitas pendidikan SD di tengah pandemi.
"Kami sediakan modul yang bisa tiap hari dikerjakan oleh orang tua, guru dan anak sehingga kualitas masih terjaga, peran orang tua diperjelas, orang tua harus apa di dalam kegiatan itu. Jadi bukan hanya relaksasi sekolah, kami juga siapkan kurikulum darurat dan modul-modul untuk SD yang berfokus pada orang tua dan guru," kata Nadiem.
ADVERTISEMENT
Kurikulum darurat pada dasarnya mengurangi kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran. Sehingga, siswa lebih akan fokus kepada kompetensi yang esensial dan kompetensi untuk kelanjutan pembelajaran ke tingkat selanjutnya.
Seorang murid sekolah dasar mengerjakan soal Ujian Akhir Semester (UAS) Genap di rumahnya di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (8/6/2020). Foto: ANTARA FOTO/Arnas Padda
Namun, Nadiem menegaskan kurikulum darurat tidak wajib diikuti sekolah. Nadiem memberi tiga opsi yang bisa dilakukan sekolah, yakni tetap mengacu pada kurikulum nasional, menggunakan kurikulum darurat, atau menyederhanakan kurikulum secara mandiri.
Dari opsi kurikulum yang dipilih, siswa tidak boleh dibebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan sampai tahun akhir ajaran.
"Standar pencapaian untuk SD, SMP, dan SMA sangat besar pengurangan kompetensi dasarnya dan fokus ke satu yang esensial berdampak pada numerasi dan literasi," kata Nadiem.
ADVERTISEMENT
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
***
Saksikan video menarik di bawah ini.