Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Alat Monitoring Gempa-Tsunami di Sidrap Dicuri, Padahal Daerah Rawan Gempa
15 Februari 2025 15:18 WIB
ยท
waktu baca 3 menit![Pencurian dan perusakan peralatan monitoring gempa BMKG. Foto: Dok. BMKG](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jm4ahpwm8gad19t6zks004tw.jpg)
ADVERTISEMENT
Kasus pencurian di Desa Buae, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan (Sulsel) ini bikin geleng-geleng kepala. Pelaku nekat mencuri alat pendeteksi gempa dan tsunami, padahal wilayah itu merupakan daerah rawan gempa.
ADVERTISEMENT
Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan, pencurian ini terjadi pada 12 Februari 2025 sekitar pukul 23 WITA. Pencuri menggasak 6 unit aki yang digunakan untuk menghidupkan sensor seismograf serta 2 unit panel surya yang terpasang di atas bangunan shelter stasiun SPSI (Sidrap-Indonesia).
"Ini merupakan kasus ke-4 kalinya pencurian dan perusakan peralatan BMKG terjadi di lokasi yang sama," kata Daryono dalam keterangannya, Sabtu (15/2).
Di aksinya kali ini, pencuri bahkan membongkar bangunan shelter, masuk ke dalamnya, dan mengambil seluruh baterai yang berfungsi sebagai sumber daya utama bagi stasiun monitoring gempa. Akibatnya, BMKG terpaksa mencabut seluruh peralatan yang tersisa, termasuk sensor, digitizer, dan peralatan komunikasi untuk menghindari kerugian lebih besar.
ADVERTISEMENT
Daerah Rawan Gempa
Padahal, kata Daryono, wilayah ini secara tektonik merupakan daerah rawan gempa karena berada di jalur patahan aktif Sesar Walanae. Berdasarkan laporan Pusat Gempa Nasional (Pusgen, 2017), Sesar Walanae di Sulawesi Selatan bukanlah sesar mikro, melainkan sesar regional yang dapat memicu gempa hingga magnitudo 7,1.
Menurut peta seismisitas/kegempaan, kawasan Teluk Mandar, Pinrang, Rappang, dan Pare Pare memiliki tingkat aktivitas kegempaan yang sangat tinggi akibat aktivitas Sesar Walanae. Selain gempa bumi, wilayah ini juga berpotensi mengalami dampak ikutan gempa yaitu longsor (landslide), runtuhan batu (rockfall), dan likuifaksi.
Sebagai catatan, wilayah ini pernah diguncang gempa dahsyat berkekuatan 6,0 magnitudo pada 29 September 1997, yang mengakibatkan: 16 orang meninggal dunia, 35 orang luka berat, 50 rumah rusak berat, dan lebih dari 200 rumah rusak ringan.
ADVERTISEMENT
Dampak Pencurian
Daryono mengatakan, pencurian peralatan BMKG sangat merugikan keselamatan masyarakat, karena tanpa sensor gempa yang berfungsi, maka kecepatan dan akurasi BMKG dalam memberikan informasi gempa dan peringatan dini tsunami di Sulawesi Selatan akan menurun.
"Perlu diingat, bahwa wilayah Sulawesi Selatan juga pernah terdampak tsunami dari Teluk Mandar yang dipicu gempa magnitudo 6,3 pada 11 April 1967, menyebabkan 58 orang meninggal dunia," kata dia.
"Kami memohon dengan sangat kepada masyarakat untuk tidak melakukan vandalisme, perusakan, atau pencurian peralatan BMKG. Jika belum bisa aktif terlibat dalam mitigasi bencana dan pengurangan risiko bencana, setidaknya jangan merusak alat yang bertujuan melindungi keselamatan banyak orang di Sulawesi Selatan," sambungnya.
Sejak 2015, BMKG mencatat telah terjadi setidaknya sebanyak 10 kali kasus pencurian dan perusakan terhadap peralatan monitoring gempa dan peringatan dini tsunami yang dikelola BMKG, yaitu:
ADVERTISEMENT
1. Pada tahun 2015 di Cisompet, Garut, Jawa Barat (2 kali).
2. Pada tahun 2017 di Muara Dua, Sumatera Selatan.
3. Pada tahun 2018 di Manna, Bengkulu.
4. Pada tahun 2022 di Indragiri Hilir, Riau.
5. Pada tahun 2022 di Kluet Utara, Aceh Selatan.
6. Pada tahun 2022 di Sorong, Papua Barat.
7. Pada tahun 2022 di Jambi.
8. Pada tahun 2022 di Sausapor, Tambrauw, Papua Barat.
9. Pada tahun 2024 di Pulau Banyak, Aceh Singkil.
10. Pada tahun 2025 di Sidrap, Sulawesi Selatan (4 kali).