Alat Pendeteksi Tsunami Pantai Selatan Jateng Korsleting karena Korosi

28 Desember 2018 17:01 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buoy, alat rekonfirmasi tsunami. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Buoy, alat rekonfirmasi tsunami. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah mengimbau warga di sekitar garis pantai selatan Jawa Tengah waspada terhadap gelombang tinggi yang sewaktu-waktu bisa datang menerjang. Musababnya, alat pendeteksi dini bahaya atau Early Warning System (EWS) tsunami di wilayah Pantai Selatan dinyatakan tidak berfungsi.
ADVERTISEMENT
"Peralatan pendeteksi bencana dini ini kebanyakan mengalami korsleting akibat korosi," kata Kepala BPBD Jawa Tengah, Sarwa Pramana, Jumat (28/12).
Beberapa EWS yang rusak itu ada di daerah pesisir Pantai Selatan seperti Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Wonogiri. "Terutama di Cilacap, butuh EWS baru, karena ada dua kecamatan yang berada pas di pinggir pesisir pantai," ujarnya.
Korosi akibat air laut telah merusak bagian receiver atau penerima sinyal dari EWS di pesisir selatan Jawa Tengah. Kerusakan ini menyebabkan sirine peringatan tidak berfungsi normal.
Sarwa menyebut, keberadaan EWS itu mendesak dan harus ada di pesisir selatan Jawa Tengah. Musababnya, daerah pesisir itu langsung berhadapan dengan Samudera Hindia yang rawan terjangan ombak ganas.
"Kalau rawan gempa dan tsunami ada di Cilacap karena merupakan pertemuan sesar (patahan) yang mampu menimbulkan gempa bumi," kata dia.
ADVERTISEMENT
Saat ini BPBD Jawa Tengah hanya mampu menunggu perbaikan perangkat EWS. Jika suatu saat terjadi gempa maka langkah utama adalah mengevakuasi warga lebih dahulu kendati potensi tsunami tidak terjadi.
"Kami ada grup WhatsApp pada komunitas kebencanaan agar informasi cepat tersampaikan. Kami juga libatkan pengurus masjid untuk terlibat secara manual dengan memberi peringatan dini tsunami lewat pengeras suara, jika gempa di pesisir Cilacap cukup kuat," ujar Sarwa.