Alvaro Mati Batang Otak, Apa Artinya? Begini Penjelasan Dokter

2 Oktober 2023 17:05 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Benediktus Alvaro Darren (7 tahun) divonis mati batang otak usai menjalani operasi amandel di Rumah Sakit Kartika Husada pada 19 September 2023. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Benediktus Alvaro Darren (7 tahun) divonis mati batang otak usai menjalani operasi amandel di Rumah Sakit Kartika Husada pada 19 September 2023. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Benediktus Alvaro Darren (7 tahun) divonis mati batang otak usai menjalani operasi amandel di Rumah Sakit Kartika Husada pada 19 September 2023.
ADVERTISEMENT
Albert Francis (38), ayah Alvaro, menuntut transparansi atas apa yang terjadi pada anaknya. Sejauh ini, RS Kartika Husada tidak menjelaskan secara rinci ke Albert soal anaknya.
Bagaimana menurut dokter?
Dokter Ngabila Salama menyatakan ada kemungkinan Alvaro sudah meninggal.
"Mati batang otak itu kemungkinan besarnya, ya, sudah meninggal karena pusat pengaturan pernapasan ada di batang otak. Tapi saya tidak kompeten menjawab ini, ini harus ahli saraf," kata Ngabila saat dihubungi kumparan, Senin (2/10).

Beda dengan Koma

Ngabila menjelaskan, mati batang otak disebut brain dead. Ini kondisnya berbeda dengan koma.
"Seseorang yang mengalami kematian batang otak sering disebut mati otak (brain dead) secara keseluruhan, dan sudah dianggap meninggal secara medis. Tanpa alat ventilator akan langsung meninggal," ujar Ngabila.
ADVERTISEMENT
Saat ini memang Alvaro dalam kondisi terpasang ventilator.
"Kalau koma, itu kalau kita lihat dari GCS Glasgow Coma Scale E4, M6, V5 (macam-macam level cedera kepala). Koma itu masih di atas 3," ujar Ngabila.
"Mati batang otak ini bersifat permanen. Kematian sel otak yang permanen tidak dapat disembuhkan," katanya.

Ngabila Tidak Bisa Berkomentar soal Alvaro

Ngabila menyatakan tidak bisa mengomentari kasus Alvaro. Hanya saja, Ngabila menjelaskan bahwa pasien koma pasca-operasi itu bisa diakibatkan karena beberapa kondisi:
Kepala Seksi Surveillance, Epidemologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta dr Ngabila Salama, MKM. Foto: Instagram/@ngabilasalama