Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Amerika Serikat Sanksi Program Misil Iran
4 Februari 2017 0:53 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Episode baru hubungan panas Amerika Serikat dan Iran telah dimulai. Hari ini (3/2), pemerintah AS mengeluarkan sanksi ekonomi terhadap Iran setelah republik Islam tersebut melakukan tes uji coba misil balistik awal minggu ini.
ADVERTISEMENT
Departemen Keuangan AS menerapkan sanksi tersebut kepada 13 orang dan 12 entitas bisnis yang berbasis di Uni Emirat Arab, Lebanon, dan China, dengan alasan keterlibatan mereka dalam uji coba misil tersebut.
Sanksi ini diberlakukan sehari setelah pemerintah AS menetapkan Iran dalam status on notice.
"Dukungan terus-menerus yang dilakukan Iran kepada kelompok-kelompok terorisme dan pengembangan program misil balistiknya memberikan ancaman yang nyata. Tidak hanya terhadap kawasan regional, namun juga kepada Amerika Serikat dan negara sahabat di seluruh dunia," kata John E. Smith, pelaksana Kepala Bagian Sanksi, Departemen Keuangan AS, seperti dilansir Reuters.
"Keputusan kami hari ini adalah bagian dari usaha Departemen Keuangan AS untuk melawan tindakan mengancam Iran di dunia internasional," ucap pejabat Departemen Keuangan itu.
ADVERTISEMENT
Ini merupakan kebijakan Trump pertama terhadap Iran. Sanksi ini mirip dengan usaha yang dilakukan pemerintahan Obama yang menargetkan aktivitas misil balistik Iran.
Disinggung apakah sanksi tersebut tidak melanggar kesepakatan perjanjian nuklir yang dibuat Obama dan Iran tahun 2015, Smith hanya menjawab singkat.
"Tidak, ini di luar jangkauan JCPOA (Join Comprehensive Plan of Action, atau Iran Deal)," terangnya.
Dari beberapa entitas yang terkena sanksi tersebut, terdapat perusahaan, individual, dan broker yang mendukung arus perdagangan pebisnis Iran, Abdollah Asgharzadeh. Asgharzadeh disebut memiliki keterkaitan dengan Shahid Hemmat Industrial Group, perusahaan yang menjalankan program misil balistik Iran. Sanksi ini juga menyasar jaringan yang dikendalikan oleh Islamic Revolutionary Guard Corps, badan militer elit yang memiliki posisi politik dan ekonomi yang kuat di pemerintah Iran.
ADVERTISEMENT
***
Sementara itu, Ayatollah Ahmad Khatami -- pimpinan agama Iran -- mengatakan bahwa Iran akan tetap meneruskan program misil tersebut meski mendapat tentangan dari pemerintah AS.
"Kami memang melakukan latihan penembakan misil. Latihan misil tersebut untuk menunjukkan kemampuan kami," katanya.
"Kita hidup di dunia para serigala. Serigala seperti pemerintah arogan Amerika Serikat. Di dunia seperti itu, apakah kami harus terus tidak mempersenjatai diri? Tidak akan! Itu tidak akan terjadi!" ucapnya.
Khatami juga menyatakan bahwa aksi-aksi AS meneriakkan kembali "pesan-pesan lama".
"Pesan Anda ditujukan untuk melawan Islam," ucapnya. "Anda telah melawan Islam sejak Revolusi Islam 1979," tantang Khatami keras.
Sanksi yang dikeluarkan AS tersebut sebenarnya merupakan aksi balasan dari AS terhadap Iran. Tidak hanya terkait dengan uji coba misil balistik, keputusan sanksi AS tersebut juga menjawab keputusan Iran terhadap atlet gulat AS yang hendak berlaga di Iran.
ADVERTISEMENT
Iran melarang keikutsertaan rombongan pegulat AS dalam Freestyle World Cup di Iran (3/2). Seperti dikutip dari Associated Press, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Ghasemi mengatakan bahwa keputusan tersebut menjadi respon atas pelarangan tujuh negara muslim yang dilakukan oleh Trump lewat perintah eksekutifnya awal minggu ini.
"Keputusan ini berasal dari otoritas eksekutif. Rasa-rasanya seperti keputusan personal dari otoritas tinggi," ujar Ghasemi menanggapi pelarangan AS soal imigrasi.