Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Amerika Siap Bahas Perdamaian di Timur Tengah Bersama Palestina
21 Februari 2018 5:45 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
![Nikki Haley (Foto: REUTERS/Lucas Jackson)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1519163597/sk7uyq1xxsucjoottsbx.jpg)
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat bersiap untuk mulai membahas proses perdamaian di Timur Tengah dengan orang-orang Palestina. Hal tersebut disampaikan oleh Duta Besar Amerika untuk PBB Nikki Haley dalam sambutannya yang ditujukan kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas, di sebuah pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Selasa (20/1).
ADVERTISEMENT
Haley mengatakan, menantu Presiden Trump sekaligus penasihat senior Jared Khusher dan utusan Amerika untuk Timur Tengah, Jason Greenblatt yang duduk di belakangnya tengah menyusun rencana perdamaian tersebut. Pernyataan tersebut disampaikan setelah 'pidato langka' Abbas kepada dewan kemanan PBB yang beranggotakan 15 negara tersebut.
Namun, Haley tidak menjelaskan secara rinci rencana perdamaian yang tengah disusun oleh Jared dan Jason.
"Negosiator kami duduk tepat di belakang saya dan siap untuk berbicara. Tapi kami tidak akan memaksamu, pilihannya ada di tangan Anda, Bapak Presiden," kata Haley dikutip dari Reuters, Rabu (21/2).
Presiden Abbas tidak tinggal di ruang sidang untuk mendengarkan tawaran Haley tersebut. Sementara juru bicara Gedung Putih Josh Raffel mengatakan, Washington dalam waktu dekat akan segera mempresentasikan rencana perdamaian tersebut.
ADVERTISEMENT
"Kapan hal itu dilakukan dan waktunya tepat," ujar Raffael.
![Presiden Palestina, Mahmoud Abbas (Foto: AP Photo/ Raad Adayleh)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1493832600/mawenf2meqaixra8esnv.jpg)
Presiden Abbas telah meminta untuk digelar konferensi perdamaian Timur Tengah internasional pada akhir tahun ini. Warga Palestina juga sudah tidak memandang Amerika sebagai negosiator yang netral.
Masyarakat Palestina sangat marah atas pengakuan administrasi Trump terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada bulan Desember tahun lalu. Selain itu Amerika juga memutuskan memotong dana untuk badan PBB yang bertugas untuk membantu para pengungsi Palestina (UNRWA).
"Sekarang tidak mungkin bagi satu negara untuk menyelesaikan konflik regional atau internasional. Langkah yang penting sekarang adalah untuk membentuk mekanisme internasional multilateral yang berasal dari konferensi internasional," ucap Abbas.
Abbas mengatakan bahwa konferensi tersebut harus melibatkan orang-orang Palestina, Israel, lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan Uni Eropa mulai dari Amerika Serikat, Rusia, China, Inggris dan Prancis.
ADVERTISEMENT
Duta Besar Prancis untuk PBB Francois Delattre mengatakan kepada Dewan Keamanan, bahwa Prancis sangat terbuka untuk mempelajari perkembangan cara internasional untuk melakukan proses perdamaian. Sementara Duta Besar Rusia untuk PBB Vassilty Nebenzia mengatakan Kuartet serta Liga Negara-negara Arab bisa memainkan peranan dalam memulai proses perdamaian yang rumit tersebut.
Wakil Duta Besar Inggris Jonathan Allen menyebutkan bahwa kepemimpinan Amerika dalam menyelesaikan masalah ini sangat diperlukan. Namun, Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa Abbas merupakan bagian dari masalah, bukan penyelesaian.
"Satu-satunya jalan untuk melangkah maju adalah dengan melakukan perundingan langsung antara Israel dan Palestina," ujar Danny.