Amien Rais: Jokowi Lebih Lemah dari Sukarno dan Soeharto, Jangan Tambah Periode

14 Maret 2022 17:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Amien Rais dalam Dialog Kebangsaan DPD RI di Senayan, Senin (14/3/2022). Foto: DPD RI
zoom-in-whitePerbesar
Amien Rais dalam Dialog Kebangsaan DPD RI di Senayan, Senin (14/3/2022). Foto: DPD RI
ADVERTISEMENT
Ketua Majelis Syuro Partai Ummat, Amien Rais, membandingkan wacana penundaan Pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan presiden saat ini dengan peristiwa yang dialami Presiden Sukarno dan Soeharto.
ADVERTISEMENT
Amien mengingatkan, Sukarno dan Soeharto tetap jatuh dari kekuasaan panjang walau keduanya memiliki kekuasaan panjang hingga sumber daya yang besar.
“Kalau Pak Jokowi mikir dia yang paling tepat, presiden yang paling berhasil dan lain-lain, saya ingatkan. Pak Jokowi, Bung Karno kurang apa? Tapi pada ujungnya karena pernah membiarkan dipilih jadi presiden seumur hidup, akhirnya tragedi yang beliau alami,” kata Amien dalam dialog kebangsaan di DPD RI, Senayan, Jakarta, Senin (14/3).
“Lihat, Pak Harto kurang apa? Jenderal besar dengan lima bintang menyaingi Jenderal Sudirman, menguasai seluruh birokrasi, pegang ABRI, ada polisi, didukung pengusaha, tapi lihat akhirnya seperti itu,” lanjutnya.
Soekarno dan Soeharto. Foto: AFP
Ia menilai bahwa sosok Jokowi sangat lemah jika dibandingkan Sukarno dan Soeharto. Maka, Amien mengingatkan agar jangan ada niat untuk menambah kepemimpinan menjadi tiga periode.
ADVERTISEMENT
Amien juga menganggap wacana penundaan pemilu dan perpanjangan jabatan presiden tidak hanya bertolak belakang dengan UUD 1945, namun juga tak dapat diterima akal sehat.
“Saya tidak bisa paham. Ini mereka yang menghendaki Pak Jokowi supaya tunda pemilu, apalagi tambah satu periode lagi, itu merupakan menghina akal cerdas manusia,” ungkap Amien.
“Di samping menghina konstitusi dan makar juga terhadap konstitusi. Tapi lepas dari itu, juga betul-betul menghina akal manusia sehat,” sambungnya.
Karena itu, ia meminta masyarakat menolak wacana tersebut untuk mencegah praktik kepemimpinan presiden yang tidak terbatas.
“Ini harus dihentikan. Kalau nekat saja, kalau kita diam, kita telah lakukan bunuh diri nasional. Karena begitu Pak Jokowi dikasih satu periode lagi, nanti akan seperti itu seterusnya,” tandas dia.
ADVERTISEMENT