Amien Rais Peringati Setahun Partai Ummat, Bicara Rezim Jokowi Ugal-ugalan

17 April 2022 19:10 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Majelis Syuro Partai Ummat Amien Rais. Foto: Jacko Ryan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Majelis Syuro Partai Ummat Amien Rais. Foto: Jacko Ryan/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Majelis Syuro Partai Ummat, Amien Rais, bersama pengurus Partai Ummat memperingati Milad Setahun Partai Ummat, di DPP Partai Ummat, Minggu (17/4).
ADVERTISEMENT
Dalam pidatonya, Amien kembali menyampaikan kritik keras kepada pemerintahan Presiden Joko Widodo di periode kedua ini. Ia menilai, kepemimpinan yang berjalan sejak 2014 hingga sekarang hanya menghasilkan banyak kontroversi sehingga membawa Indonesia pada kebohongan demokrasi.
"Kepemimpinan nasional yang memegang tampuk kepresidenan sejak Oktober 2014 dan dipilih lagi lewat Pilpres 2019 yang penuh dengan kontroversi telah membawa kita pada demokrasi bohong-bohongan," kata Amien.
Salah satu hal yang disorot Amien adalah kepentingan oligarki yang difasilitasi oleh negara. Hal ini berdampak pada kepentingan masyarakat yang terabaikan, bahkan terkesan pemerintah hanya melayani kepentingan asing belaka.
"Rezim yang harus mengakhiri kepemimpinannya per Oktober 2024 telah berubah menjadi pelayan kaum oligarki yang lebih melayani kepentingan asing daripada bangsa sendiri," ungkap dia.
Ketua Majelis Syuro Partai Ummat Amien Rais (tengah). Foto: Jacko Ryan/kumparan
"Kepentingan oligarki yang buas, immoral, ganas, predatorik. Bangsa Indonesia digiring menjadi bangsa jongos, kuli, kacung, bahkan ke arah bangsa budak yang harus melayani kepentingan asing," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Amien juga melihat peran besar dari Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan dalam kepemimpinan Presiden Jokowi. Ia menyebut, rezim Jokowi-Luhut menjalankan pemerintahan secara ugal-ugalan karena hilangnya rasa krisis dalam pemerintahan saat ini.
"Kita melihat rezim Jokowi-Luhut sudah kehilangan sense of crisis, sense of urgency, dan sense of reality," tegasnya.
"Pemimpin yang kehilangan 3 senses ini pasti berperilaku ugal-ugalan, eksesif, dan menjadi berperilaku ekstremis," tandas dia.