Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Muammar Saddam baru 15 tahun. Tapi ia bisa menghafal 30 juz Alquran dalam waktu 2,5 bulan. Ia merupakan siswa SMA kelas 2 di Pesantren Tahfizh Daarul Quran Takhassus, Cinagara, Bogor, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Remaja yang kerab disapa Ammar ini merupakan siswa yang berprestasi. Sejak SMP ia sudah menyabet juara dalam sejumlah perlombaan.
"Dulu SMP pernah ikut lomba pidato Bahasa Arab alhamdulillah saya dapat juara pertama," kata Ammar di Pondok Pesantren, Cinagara, Bogor, Jawa Barat, Senin (23/9).
Ammar juga pernah mengikuti Olimpiade Nasional (OSN) matematika saat SMP walaupun tidak sampai memenanginya.
Menginjak bangku SMA, prestasi Ammar pun tidak berhenti. Kecepatannya dalam menghafal merupakan prestasi tersendiri bagi Ammar di pesantrennya. Ia mampu melewati rata-rata murid lainnya dalam mengingat 30 juz.
"Ada yang 5 bulan, 1,5 tahun, ada yang 2 tahun, tergantung kemungkinan masing-masing orang dalam menghafal," tuturnya.
Prestasi yang membanggakan ini turut membuat sang ibu bahagia. Bahkan, Ammar telah hafal sejak masih di awal kelas 1 SMA.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah pas di sini saya niatnya untuk ngebahagiain orang tua, saya targetin hafal dalam 2 bulanan. Alhamdulillah tercapai dalam waktu 2,5 bulan," sebutnya.
Prestasinya ini juga menuai pujian dari sang ustaz, Zein. Ia mengungkapkan bahwa Ammar berbeda dari yang lainnya.
"Saya selama di sini sejak 2016 Muammar ini memang termasuk satu-satunya santri yang ketika setor (hafalan) bagus sekali dari segi tajwid, mahroj dan sebagainya insyaallah sudah lengkap," tutur Zein.
"Muammar beda, Muammar itu benar-benar pakai prinsip bernafsi-nafsi artinya ketika dia kegiatan yang lainnya ngobrol dia lanjutin baca. Istilahnya, gue-gue lu-lu," timpalnya.
Bahkan sang ustaz sempat menganggap target Ammar menghafal dalam waktu 2,5 bulan hanya bercanda. Namun, ia dapat mematahkan keraguan sang ustaz tersebut.
ADVERTISEMENT
"Ketika awal-awal itu dia memang luar biasa semangatnya, dipegang prinsipnya itu bahkan pernah ditanya, Muammar kira-kira estimasinya berapa bulan? (Lalu ia bilang) '2 bulan setengah, ustaz'. Saya kira bercanda, ternyata alhamdulillah luar biasa benar pas 2,5 bulan," ingat Zein.
Ammar adalah anak terakhir dari 3 bersaudara. Bapaknya sudah meninggal sejak ia masih kecil.
Semenjak ditinggal bapaknya, ibunya bekerja sendiri demi menghidupi anak-anaknya. Melihat kerja kerasnya ibunya, Ammar pun tergerak untuk bisa membahagiakannya dengan cara menghafal seluruh juz dalam Alquran.
Remaja ini juga mempunyai cita-cita untuk bisa berkuliah di luar negeri. Setelah lulus nanti, ia berharap bisa mendapatkan beasiswa agar keinginnya bisa tercapai.
"Saya ingin jadi ahli IT terus juga saya ingin kuliah di Jepang," kata Ammar.
ADVERTISEMENT
Story ini merupakan bagian dari campaign kumparanDerma. Ayo berderma sekarang.
Untuk info, saran dan kritik mengenai kumparanDerma, sila kirim ke [email protected].