Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Februari 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Anak Bengkayang Minta Tas ke Jokowi, Siapa Tanggung Jawab?
6 April 2017 9:25 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT

Teriakan anak-anak dari Desa Sungkung-sebuah desa terpencil yang berada di Kecamatan Bengkayang, Kalimantan Barat-, meminta tas ke Presiden Joko Widodo menghentak publik media sosial.
ADVERTISEMENT
Empat siswa SD berdiri diri di depan kelas SDN 04. Sungkung yang bernama Revan, Heri Aprianto, Jhembo, dan Eligen Thomas sehari-harinya berangkat sekolah dengan bermodalkan sebuah kantong kresek. Baju-bajunya pun terlihat lusuh dan sudah berwarna aga kekuningan. Celana mereka pun ada yang resletingnya
Mirisnya kehidupan mereka lebih dari sekadar tak punya tas. Sungguh memilukan.

Keadaan mereka yang memilukan ini diketahui khalayak setelah Anggit Purwoto, seorang guru yang mengikuti program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk mengabdikan dirinya untuk kemajuan pendidikan di daerah terpencil. Anggit saat ini mengajar di SMA Negeri 1 Siting. Sambil lalu, ia menjadi pengajar sukarela di SD Negeri 4 Sungkung.
Sepekan yang lalu, Anggit mengunggah video di akun instagram pribadinya, @anggitpurwoto. Dengan caption yang menyayat hati, Anggit mengajak netizen berempati dengan nasib para anak-anak lugu tersebut.
ADVERTISEMENT
"Tidakkah kalian merasa kasihan, masih adakah hati nurani kalian? Mereka hanya minta tas untuk membawa buku yang mungkin bertuliskan mimpi-mimpi kecil mereka," tulis Anggit Purwoto dalam akun Instagramnya seperti dikutip kumparan (kumparan.com), Kamis (6/4).
Video ini pun viral di media sosial. Puluhan ribu orang menyukai video tersebut. Mereka pun ramai-ramai ikut berkomentar.
Banyak yang empati, tak sedikit pula yang menyalahkan pemerintah. Netizen merasa, apa yang terjadi di Bengkayang ini seharusnya bisa diantisipasi jauh-jauh hari.
Lalu kemana Pemda?
Kepada kumparan, Anggit bercerita bahwa pemandangan siswa sekolah yang lusuh banyak ditemui di Desa Sungkung.
“Bukan hanya empat anak, ada banyak anak yang tidak punya tas. Kebetulan ada 4 SD yang kondisinya sama. Yang terekspos hanya seperti itu,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
“Seragamnya lusuh, tidak punya alas kaki, dan tidak punya tas," sambung dia.
Anggit mengakui bahwa keterbatasan fasilitas menjadi pangkal persoalan. “Karena akses menuju ke sana sangat ekstrem. Harga eceran tertinggi tidak berlaku. Semuanya mahal," ucapnya.

Dibutuhkan dua hari untuk mencapai Sungkung dari ibukota Kabupaten Bengkayang. Perjalanan harus singgah di kecamatan Entikong yang merupakan wilayah Kabupaten Sanggau.
Untuk mencapai Desa Sungkung, ada dua pilihan, jalur darat atau jalur sungai. Jalur darat ditempuh menggunakan ojek seharga Rp 500 ribu selama 5 jam.
Ojek digunakan karena akses masuk menuju ke Desa Sungkung hanya ada satu jalan sempit dan tidak beraspal. “Hanya ada satu jalan hasil cangkulan masyarakat,” ujar Anggit.
ADVERTISEMENT
Jika membawa barang bawaan, masyarakat mengharuskan melalui jalur sungai dengan perahu. Perahu yang mereka gunakan pun banyak yang tak layak.
Tak jarang mereka harus beradu dengan maut saat salah satu bagian perahu bocor. Jarak ke sekolah pun menjadi semakin jauh.

Kondisi di Desa Bengkayang memang benar-benar sulit. Akses yang sulit menyebabkan harga menjadi di luar nalar. Anggit mengilustrasikan, harga semen di Entikong berkisar Rp 80 ribu. Jika dibawa ke Sungkung, harganya bisa sampai Rp 450 ribu. Gas LPG bisa mencapai Rp 80 ribu.
Alat tulis juga minim. Harganya juga melangit membuat kehidupan warga Sungkung yang sebagian besar berprofesi petani benar-benar sulit.
“Harga pulpen dan pensil Rp 5 ribu, harga buku tulis satunya Rp 8 ribu. Jarang ada yang menjual tas,” ucapnya. Anggit bercerita bahwa masing-masing anak hanya punya satu buku tulis dan satu pensil. Buku tulis mereka sudah kusut, pensil mereka sudah pendek, habis digunakan untuk menimba ilmu tanpa bisa mendapat gantinya.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan beikutnya muncul, apakah ini salah Kemendikbud?

Tidak hanya peranti para siswa, tempat mereka belajar pun tidak kalah menyedihkan. “Fasilitas pendidikan juga kurang memadai. Tidak ada listrik sama sekali. Kondisi WC rusak.”
Salah satu yang terparah menurut Anggit adalah SMP Negeri 2 Siding. Murid-murid SMP bersekolah tanpa pelindung. Kegiatan belajar mengajar terlihat jelas ketika orang melintas di pinggir.
Anggit mengaku belajar banyak hal tentang bagaimana mereka bersahaja di tengah keterbatasan. “Walaupun dengan seragam merah putih yang sudah lusuh, dia masih memilih memakai seragam tersebut. Bukan kaus yang kondisinya lebih bagus” ungkap Anggit menceritakan semangat anak-anak tersebut.

Keriangan mereka yang bersekolah dengan seragam lusuh dan tas kresek menjadi pilu bagi mereka yang punya fasilitas untuk sekolah dengan perlengkapan ‘wajar’.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan terakhir kemudian muncul, akankah Jokowi memberikan mereka lebih dari sekadar tas? Apakah mereka juga menikmati sekolah dengan senyuman seperti ini?
