Anak Korban Penculikan 1997 Datangi Setneg, Minta Audiensi dengan Jokowi

31 Juli 2023 14:52 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak dari korban penculikan 1997-1998, Abdul Hakim Hamdun, mendatangi Kementerian Sekretariat Negara, untuk menyerahkan surat meminta audiensi dengan Presiden Jokowi, Senin (31/7/2023). Foto: Nadia Riso/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Anak dari korban penculikan 1997-1998, Abdul Hakim Hamdun, mendatangi Kementerian Sekretariat Negara, untuk menyerahkan surat meminta audiensi dengan Presiden Jokowi, Senin (31/7/2023). Foto: Nadia Riso/kumparan
ADVERTISEMENT
Anak dari korban penculikan 1997-1998, Abdul Hakim Hamdun, mendatangi Kementerian Sekretariat Negara, untuk menyerahkan surat meminta audiensi dengan Presiden Jokowi.
ADVERTISEMENT
Abdul Hakim Hamdun merupakan anak dari Deddy Hamdun, aktivis yang hilang diculik di era 1997. Ia berharap lewat surat tersebut, Jokowi dapat menggelar audiensi dengan keluarga korban yang ia sebut belum mendapatkan hak-haknya.
"Sebenarnya ini langkah jemput bola kami karena, kan, waktu itu Pak Menko [Mahfud MD] ngomongin kalau tim PPHAM itu sudah berkoordinasi dan mendengarkan aspirasi keluarga korban. Cuma kami salah satu korban yang 26 tahun ini terputus komunikasinya dengan pemerintah," kata Abdul di Kemensetneg, Senin (31/7).
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (tengah) dan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono (kanan) berpidato sebelum meresmikan sodetan Kali CIliwung di Jakarta, Senin (31/7/2023). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
"Jadi salah satu langkah kami, kami mengajukan kepada Presiden. Kami berharap untuk diundang audiensi untuk mendengarkan aspirasi kami, seperti itu," lanjutnya.
Abdul mengatakan, pemerintah belum pernah bertanya terkait bentuk pemulihan seperti apa yang diinginkan keluarga korban. Apalagi, dampaknya cukup keras terhadap keluarga.
ADVERTISEMENT
"Ya, awal-awal itu memang hancur, ya. Seperti aset, semua sebenarnya, sih, bukan lebih aset, ya. Kayak ibu saya itu sampai sekarang masih ada tekanan, masih tekanan gangguan jiwanya itu karena dia masih berharap suaminya pulang. Jadi depresi berat. Adik saya juga masih harus minum obat, ibu saya juga seperti itu. Jadi untuk seperti itu makanya kami ingin bertemu untuk menyampaikan aspirasi kami lah," ungkapnya.
Ia berharap dapat bertemu Jokowi setidaknya di minggu ini untuk bisa mengakomodir keluarga korban penculikan. Ia juga masih menaruh harapan pada komitmen Jokowi dan Menko Polhukam Mahfud MD.
"Memang belum ada, kan. Belum ada yang saya tahu, sih. Tapi kalau dari kami, kami belum pernah ada pemerintah datang dari zaman itu sampai sekarang belum pernah ada, baru karena ini kami sedikit optimisme kami melakukan jemput bola lah," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan itu juga, keponakan Abdul Hakim Hamdun, Hasan Alhabsyi, salah satu yang ingin didiskusikan dengan pemerintah adalah soal pemberian beasiswa sebagai bentuk pemulihan hak korban.
"Kayak contohnya soal beasiswa, mereka ini, kan, sudah tua secara umur, sudah enggak butuh lagi, mereka punya harapan bahwa beasiswa ini bisa dialihkan ke anaknya dia. Lebih relevan karena, kan, sudah hampir 40 tahun gitu, sudah enggak ini lagi," kata Hasan.
"Nah lalu pertanggungan, pertanggungan yang dijanjikan oleh pemerintah ini seperti apa? Apakah pertanggungan ini sedari mulai awal kejadian atau dari mulai saat ini aja? Itu yang mau ditanyakan," lanjutnya.
Hal lain yang ingin ditanyakan adalah soal kejelasan status korban penculikan yang hingga saat ini masih belum jelas.
ADVERTISEMENT
"Apakah masih hidup? Itu yang pengin ditegaskan oleh keluarga korban. Ayolah pemerintah ngomong apa statusnya. Bagaimana, apa yang mereka alami, penjelasannya apa? Supaya ini akan berkaitan dengan hak-hak waris mereka yang pasti akan bermasalah gitu ketika tidak ada kejelasan itu," pungkasnya.
Peristiwa penculikan aktivis 1997-1998 masuk dalam peristiwa HAM berat yang diakui oleh pemerintah. Daftar 14 korban penculikan 1997-1998 adalah:
1. Yani Afri (Rian): sopir, pendukung PDI Megawati, ikut koalisi Mega Bintang dalam Pemilu 1997, sempat ditahan di Makodim Jakarta Utara. Dia hilang di Jakarta pada 26 april 1997.
2. Sonny: sopir, teman Yani Afri, pendukung PDI Megawati. Hilang di Jakarta pada 26 April 1997
3. Deddy Hamdun: pengusaha, aktif di PPP dan dalam kampanye 1997 Mega-Bintang. Hilang di Jakarta pada 29 Mei 1997
ADVERTISEMENT
4. Noval Alkatiri: pengusaha, teman Deddy Hamdun, aktivis PPP. Dia hilang di Jakarta pada 29 Mei 1997
5. Ismail: sopir Deddy Hamdun. Hilang di Jakarta pada 29 Mei 1997
6. Wiji Thukul: penyair, aktivis JAKER, afiliasi PRD. Dia hilang di Jakarta pada 10 Januari 1998
7. Suyat: aktivis SMID. Dia hilang di Solo pada 12 Februari 1998
8. Herman Hendrawan: Mahasiswa Unair, hilang setelah konferensi pers KNPD di YLBH, Jakarta, 12 Maret 1998
9. Petrus Bima Anugerah: aktivis SMID. Hilang di Jakarta pada 30 Maret 1998
10. M Yusuf: guru, diculik di depan rumahnya di Jakarta pada 7 Mei 1998
11. Ucok Munandar Siahaan: Mahasiswa Perbanas, diculik saat kerusuhan 14 Mei 1998 di Jakarta
ADVERTISEMENT
12. Yadin Muhidin: alumnus Sekolah Pelayaran, sempat ditahan Polres Jakarta Utara. Dia hilang di Jakarta pada 14 Mei 1998
13. Hendra Hambali: siswa SMU, raib saat kerusuhan di Glodok, Jakarta, 15 Mei 1998
14. Abdun Nasser: kontraktor, hilang saat kerusuhan 14 Mei 1998, Jakarta.