Anak Muda Merawat Silaturahmi Usai Nyepi di Bali: Peluk-Cium dalam Omed-omedan

12 Maret 2024 19:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak muda mengelar tradisi Omed-omed di Bali. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Anak muda mengelar tradisi Omed-omed di Bali. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemuda-pemudi di Denpasar, Bali menggelar tradisi0med-omedan. Tradisi ini lahir sejak abad 17 Kerajaan Puri Oka, Kota Denpasar. Omed dalam bahasa Bali berarti tarik menarik satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Omed-omedan ini merupakan ajang silaturahmi masyarakat yang dilaksanakan setelah puasa dari kegiatan duniawi atau Hari Raya Nyepi.
Masyarakat yang terdiri dari orang tua dan anak-anak biasanya berkumpul di halaman desa lalu membentuk barisan, berpelukan dan saling tarik menarik sambil disiram air.
Momen berpelukan dan tarik menarik ini merupakan tanda saling memaafkan, sedangkan siraman air untuk menambah kemeriahan dan rasa sukacita di hati.
"Jadi kalau ada masalah di banjar atau salah paham di sini kita saling memaafkan," kata Kelian Adat Banjar Kaja Desa Adat Sesetan I Made Sudama, Selasa (12/3).
Pada tahun 1990-an, desa adat memutuskan tradisi omed-omed dilaksanakan secara utuh oleh taruna (pemuda) dan taruni (pemudi) yang berusia 17 sampai 30 tahun.
ADVERTISEMENT
Para taruna-taruni kini mengemas Omed-omedan dalam bentuk festival. Mereka menyajikan berbagai kegiatan untuk memeriahkan ajang silaturahmi. Mulai dari pesta kuliner hingga pertunjukan seni.
Anak muda mengelar tradisi Omed-omed di Bali. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
Pantauan kumparan di Banjar Kaja, Desa Adat Sesetan, Kota Denpasar, kelompok taruna dan teruni ini begitu antusias melakoni tradisi Omed-omed. Para taruna kompak memakai kaus dan kamen, sedangkan taruni mengenakan kebaya dan kamen.
Mulanya mereka melaksanakan upacara persembahyangan memohon kebersihan hati dan kelancaran dalam melaksanakan ritual omed-omedan. Mereka kemudian mengelar pertunjukan Tari Barong Bangkung atau Barong Babi.
Pertunjukan Barong Babi sebagai pengingat peristiwa masa lalu, yakni adanya perkelahian babi hingga berdarah-darah akibat masyarakat meniadakan Omed-omedan.
Setelah pertunjukan selesai, taruna dan taruni membentuk dua baris dan saling berhadapan sekitar pukul 15.00 WITA. Salah satu dari masing-masing kelompok dipilih untuk dan diarak pada posisi paling depan barisan.
ADVERTISEMENT
Pada posisi tengah berdiri pecalang atau polisi desa adat sebagai pihak yang mempertemukan kedua kelompok. Begitu dipertemukan pecalang, para teruna dan teruni ini saling saling berpelukan dan tarik menarik.
Anak muda mengelar tradisi Omed-omed di Bali. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
Ada juga para teruna dan teruni yang terlihat mencium lawan jenisnya pada bagian bibir dan pipi. Beberapa menit kemudian, mereka kembali dipisahkan oleh pecalang.
Begitu dipisahkan, mereka bertepuk tangan bak tanda kemenangan. Aksi berpelukan dan tarik menarik ini diulangi selama satu jam penuh. Hal ini agar seluruh taruna dan teruni memiliki kesempatan saling berpelukan dan ditarik oleh kelompoknya.
Anak-anak muda memang ada yang pacaran dan menikah saat bertemu dalam Omed-omed. Namun, Sudama kecewa jika tradisi Omed-omed ini diartikan sebagai tradisi cium-ciuman dan ajang mencari jodoh.
ADVERTISEMENT
"Tradisi ini bukan tradisi cium-ciuman tapi tidak menutup kemungkinan terjadi ciuman dan ini bukan ajang mencari jodoh, ini murni tradisi yang filosofinya adalah untuk merayakan Hari Raya Nyepi, silaturahmi antar krama banjar (anak desa)," katanya.