Anak Palestina Diserang Israel, Saling Bantu Ucap Syahadat di Ujung Hidup

20 November 2023 10:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
33
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah instalasi jenazah berkain putih yang mewakili para korban konflik Israel-Hamas, terlihat tergeletak di depan Gedung Putih di Washington, DC, AS, Rabu (15/11/2023). Foto: Mandel Ngan/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah instalasi jenazah berkain putih yang mewakili para korban konflik Israel-Hamas, terlihat tergeletak di depan Gedung Putih di Washington, DC, AS, Rabu (15/11/2023). Foto: Mandel Ngan/AFP
ADVERTISEMENT
Sejak perang berkecamuk hampir 2 bulan, PBB mencatat setiap 10 menit ada satu anak tewas dan dua lainnya terluka akibat serangan brutal dan genosida pasukan zionis Israel di Jalur Gaza.
ADVERTISEMENT
Total ada 4.650 anak mengembuskan napas terakhir karena hantaman roket hingga rudal Israel.
Pilu. Mencekam. Bahkan mereka yang tak berdosa, mayatnya bergelimpangan di sekolah hingga jalanan. Jadi tontonan menyakitkan bagi siapa pun yang melewati pemandangan tersebut.
Nestapa ini juga diceritakan oleh Abdillah Onim, seorang relawan WNI di Palestina. Bang Onim-sapaan akrabnya- tak bisa menahan haru ketika melihat perjuangan anak-anak Palestina yang berkali-kali terkena serangan Israel.
"Dan tidak semua warga asing pasti kuat melihat anak-anak setengah meter darah, terus tangannya patah — tapi luar biasa, tidak ada histeris atau teriakan (dari anak-anak). Tidak ada yang namanya kepanikan yang berlebihan," cerita Bang Onim melalui program Diplomatic Talk (DipTalk) yang tayang di YouTube kumparan pada Sabtu (18/11).
ADVERTISEMENT
Pria asal Maluku Utara tersebut sudah beberapa pekan berada di Indonesia, sejak berhasil dievakuasi dari Jalur Gaza pada awal November lalu.
Kembali ke cerita kuatnya anak-anak di Gaza. Saat dievakuasi karena hantaman roket pun, mereka tetap tenang seraya mengucap nama Tuhan.
"Begitu dievakuasi mereka hanya diangkat masuk ke dalam sambil beristighfar, sambil mengucapkan alhamdulillah," tutur dia.
Tidak ada takut berlebihan. Bahkan ketika anak-anak itu melihat keluarganya sendiri meninggal dunia tepat di depan matanya, mereka ikhlas.
Sambil membantu mereka yang hendak 'syahid' melantunkan kalimat syahadat. Fenomena yang mengundang derai air mata.
"Coba kita lihat sendiri ada anak yang adiknya meninggal dunia. Satunya men-support, kalau nanti meninggal dunia jangan lupa mengucapkan kalimat syahadat — ucapkan, ucapkan, ucapkan. Ucapkan. Itu dengan saudaranya itu berdarah-darah— ucapkan, berucap, ucapkan," kenangnya.
Anak laki-laki berduka atas tewasnya warga Palestina dalam serangan Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di sebuah rumah sakit, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 3 November 2023. Foto: Mohammed Salem/Reuters
Bang Onim mengatakan, anak-anak Palestina dianggapnya generasi tertangguh di dunia. Mereka yang membuat Israel bingung, hingga terus menyerang tanpa henti.
ADVERTISEMENT
"Ini generasi apa nih seperti ini yang dihadirkan di Palestina? Ini yang membuat Israel itu bingung dengan adanya generasi di Palestina — kok tangguhnya seperti ini?" tutur Bang Onim.
Bang Onim merasa bangga bisa hidup di tengah anak-anak Palestina. Bahkan ketika pulang ke Tanah Air, hatinya masih terpaut di Gaza.
"Saya pun tidak percaya bisa berada di hadapan mereka dengan anak-anak yang ada seperti itu di Palestina seperti itu. Jadi setelah saya keluar dari Gaza sampai sekarang pun saya perlu tidur itu seperti berada di sana," katanya.
"Pada saat tidur dan mimpinya itu kejadian di sana. Mimpi. Setiap hari bermimpi kejadian di sana," tutup Bang Onim.
Relawan untuk Palestina di Gaza Abdillah Onim saat program DipTalk kumparan. Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan