Anak Perempuan di Ethiopia Tak Bisa Sekolah dan Dipaksa Nikah Dini Akibat Corona

15 Mei 2020 2:20 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Ethiopia. Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Warga Ethiopia. Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
Budaya anak perempuan lebih baik tinggal di rumah dan segera menikah masih banyak terjadi di Ethiopia. Namun sejak pendidikan menjadi hal yang utama, banyak anak-anak perempuan Ethiopia yang mencoba meraih haknya itu.
ADVERTISEMENT
Sayangnya pandemi virus corona membuat anak-anak perempuan Ethiopia harus tinggal di rumah karena sekolah tutup. Kondisi ini membuat mereka dipaksa menikah dini di bawah usia 18 tahun secara ilegal. Aktivis HAM menganggap hal ini sebagai bentuk praktik perbudakan modern di kalangan perempuan.
Lebih dari 500 anak perempuan telah diselamatkan dari pernikahan dini di Amhara, Ethiopia utara, sejak sekolah ditutup karena virus corona. Otoritas setempat telah mencoba menghentikan hal tersebut, meski angka pernikahan dini kini bertambah setelah adanya pandemi ini.
"Praktik ini telah menurun secara signifikan, (tetapi) telah muncul kembali baru-baru ini di beberapa zona," kata kepala biro urusan wanita, anak-anak, dan pemuda di Amhara, Asnaku Deres, dilansir Reuters, Jumat (15/5).
ADVERTISEMENT
"Pada hari-hari sebelumnya, kita dapat dengan mudah mendapatkan informasi melalui sekolah dan dapat melacak jika masalah itu terjadi dan kemudian dapat menghentikannya. Sekarang itu tidak mungkin karena penutupan sekolah," imbuhnya.
Petugas mengukur suhu seorang gadis selama pemeriksaan pintu ke pintu untuk menghentikan penyebaran virus corona di Addis Ababa, Ethiopia. Foto: AFP/Michael Tewelde
Rata-rata, anak perempuan di wilayah Amhara pertama kali menikah pada usia 15 --usia terendah menikah di negara itu. Kondisi ini banyak terjadi di kalangan masyarakat miskin, pedesaan yang masih menganggap peran utama wanita adalah sebagai istri dan ibu.
Berdasarkan data UNICEF, Ethiopia adalah negara dengan angka pernikahan dini tertinggi di dunia. UNICEF mencatat sudah ada 15 juta pengantin anak di negara Afrika bagian timur itu. Pemerintah Ethiopia telah berkomitmen dan terus berupaya untuk mengakhiri praktik ilegal itu sampai 2025.
"Kami prihatin bahwa beberapa hasil yang telah dibuat untuk (melindungi) anak-anak (dari pernikahan dini) selama dua dekade terakhir yang dilakukan Ethiopia akan terbalik atau tidak berkelanjutan lagi sebagai akibat dari krisis besar (virus corona) ini," kata Adele Khodr, perwakilan UNICEF di Ethiopia.
Petugas mengukur suhu seorang anak selama pemeriksaan pintu ke pintu untuk menghentikan penyebaran virus corona di Addis Ababa, Ethiopia. Foto: AFP/Michael Tewelde
Program-program berbasis masyarakat dengan melibatkan peran pemimpin agama, kesadaran publik, dan sanksi hukum menjadi kunci untuk menangani pernikahan anak.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, kelompok gerakan kampanye Girls Not Brides mengatakan, pernikahan dini membuat anak perempuan kehilangan pendidikan dan kesempatan meraih hak-haknya.
Pernikahan di kalangan anak-anak juga membahayakan kesehatan mereka dan meningkatkan risiko eksploitasi, kekerasan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, dan kematian saat melahirkan.
Global Slavery Index yang berbasis di Australia memperkirakan 40 juta orang di dunia adalah budak modern, 15,4 juta di antaranya hidup dalam pernikahan yang dipaksa.
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
————-----------------------
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.