Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Analisis Ahli Kelautan soal Kawah 15 Meter di Lokasi Tenggelamnya KRI Nanggala
19 Mei 2021 10:20 WIB
ADVERTISEMENT
Tim operasi salavage atau pengangkatan kapal selam KRI Nanggala -402 menemukan sebuah kawah di kedalaman 839 meter perairan Bali utara. Kawah tersebut berdiameter 38 dengan kedalaman 10-15 meter, tidak jauh dari bangkai KRI Nanggala-402.
ADVERTISEMENT
Tim salvage bahkan menduga badan tekan kapal atau pressure hull sepanjang 45 meter tertimbun di kawah tersebut.
Lantas apakah di perairan utara Bali ada gunung api sehingga terdapat kawah?
Kelompok Ahli Kelautan dan Perikanan Pemprov Bali, I Ketut Sudiarta, memberikan penjelasan. Menurutnya, morfologi dasar laut sama dengan morfologi daratan karena ada gunung, gunung api, lembah, kawah, dan lain sebagainya.
"Jadi kalau di dasar laut itu ada kawah itu adalah suatu hal yang biasa karena morfologi laut itu mirip dengan daratan," kata Sudiarta saat dihubungi, Rabu (19/5).
Sudiarta menuturkan, berdasarkan topimini di dasar laut, perairan utara Bali disebut sebagai cekungan Bali Laut Flores. Hal ini karena laut Bali-Flores berada pada satu cekungan. Sementara karakter dasar lautnya dalam, tidak meruncing, tidak terlalu lebar dan memanjang.
ADVERTISEMENT
Di dalam cekungan itu, terdapat lembah-lembah, celah-celah, parit-parit, dan gundukan-gundukan. Cekungan tersebut bersifat dalam dan lebar demikian juga lembah atau gundukan lainnya.
Lalu dasar laut memiliki sedimen yang didominasi pasir halus yang mengendap ribuan tahun. Pasir ini berasal dari daratan Bali yang dikelilingi gunung api.
Menurut Sudiarta, tidak ada gunung api di perairan Bali utara. Kawah tersebut merupakan cekungan laut.
"Tapi istilahnya bukan kawah ya, kalau kawah itu bagian dari gunung di laut, di sana (laut) itu bukan gunung, tapi cekungan. Tempat tenggelamnya Nanggala-402 itu adalah cekungan laut," jelas dia.
Gelap dan Berlumpur
Sementara, Pangkoarmada II Laksda TNI Iwan Isnurwanto menyatakan, suasana kawah itu gelap dan berlumpur. Iwan juga heran karena puing-puing atau barang dari kapal yang tenggelam tidak ada yang naik ke permukaan laut atau mengapung.
ADVERTISEMENT
Terkait hal itu, Sudiarta menyatakan, lumpur itu bisa jadi bagian dari erosi dari daratan. Apalagi di Bali terdapat gunung dan gunung api. Sudiarta menyatakan perlu analisis lebih jauh untuk mencari sebab puing tak naik ke permukaan.
"Itu semestinya teorinya kalau dia apa berat jenis lebih ringan semestinya dia naik, tapi mungkin. Saya harus melihat dulu secara detail. Tapi dia berada di suatu kedalaman dengan kondisi air sudah masuk ke bagian-bagian lain, dia bisa terperangkap di dasar laut. Mungkin juga ada bagian tidak seluruhnya benda mudah mengapung, misalnya bagian metal yang membuat dia tidak naik," jelas Sudiarta.
Perkiraan Sudiarta, puing atau barang tersebut telah meresap atau kemasukan air sehingga kehilangan berat jenis. Puing dan barang akhirnya menyatu dengan air.
ADVERTISEMENT
"Kalau misalnya life jacket dalam kondisi belum terisi udara bisa juga bisa dia sudah terserap air, dalam kondisi menyatu dengan air dan kehilangan berat jenisnya, apalagi dia terperangkap di bawah, tidak ada pendorongnya. Banyak juga kayu di dasar laut ia tidak mengapung karena sudah menyatu dengan air," tutur Sudiarta.